Mohon tunggu...
Katateje
Katateje Mohon Tunggu... Pramusaji - Buruh Harian

Kerja, Nulis, Motret

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sakit Tanpa Luka

9 Januari 2023   00:38 Diperbarui: 9 Januari 2023   01:09 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi

Kita masih saja mengais kebahagiaan dari rengkuhan semesta
Mencari jawaban atas sebuah tanya yang tak pernah berkesudahan
Merawat luka dengan berpura-pura senyum dalam alpa
Merapal gelap agar terang menaungi hati yang terdalam
Dimensi waktu telah memeluk fana dalam diri

Di kala diam menghamtui retaknya rasa yang terkikis sepi
Naluri hanya sebuah intuisi untuk menggali rasa, yang bernoktahkan kata-kata tanpa suara
Teriakan hanya sebatas angan yang terbawa melayang bersama angin, angan yang hilang

Jalanan menjadi ajang rayuan-rayuan gombal
Media sosial mengumbar perasaan yang anti sosial
Kotak pandora membuka tabir-tabir kegelapan, yang meneriakkan rayu sendu menjadi rancu
Wajah-wajah bertebaran mengumbar para pendusta, kian tersenyum menghilangkan dirinya pendosa
Teriakan dianggap sebuah  nyanyian senyap

Rangkaian abjad tak membuahkan kedewasaan
Dogma telah terpatri paling dalam membuat nurani telah mati
Tak punya mimpi yang di suguhkan hanya dengki

Bagaimana hatiku tak perih
Obrolan warung kopi sebagai sebuah dimensi tinggi, yang dianggap sebagai jawaban intelektual
Sedangkan kami meniti hari dengan telanjang kaki kau tancapkan duri-duri tanpa peduli
Jiwa-jiwa menjadi depresi dihantam oleh mulut yang tak lagi ereksi
Dalam rintihan paling dalam tersembunyi rasa yang kian tak tahan
Segalanya susut terbenam dalam ungkapan-ungkapan tanpa sebuah kedewasaan

Aku masih berdiri disini, bersama puing-puing aksara yang terus aku rangkaikan
Segala teriakan akan terus bergaung, mengaum dan kuteriakkan
Biarkan aku menjemput luka-luka yang tak pernah berkesudahan
Lentera yang kunyalakan telah membakar jiwaku yang sudah terlanjur membakar menjadi akar
Tak ada lagi metamorfosa menjelma menjadi rasa iba
Hati yang terkubur rindu pada Kidung Agung, sudah membeku dalam jiwa-jiwa terluka yang tak lagi di rasa

Kudus, 9 Janauari 2023 (hujan masih menggenang, sebagian nurani hilang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun