Mohon tunggu...
Katarina Silalahi
Katarina Silalahi Mohon Tunggu... -

Fiat Voluntas Tua

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Tuhan Memanggil

18 Oktober 2016   12:26 Diperbarui: 18 Oktober 2016   12:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan kali ini masih setia ditemani oleh secangkir kopi hangat sebagai penambah semangat. Tepatnya kemarin ketika merapikan buku-buku ibuku yang berserakan di atas meja, aku melihat sebuah majalah “GEMA” yang diterbitkan oleh Keuskupan Padang edisi bulan Oktober, kebetulan temanya membuatku semangat untuk segera membaca isinya (Keluarga Menjawab Panggilan Suci). Setelah selesai membereskan buku-buku yang berserakan, aku mengistirahatkan tubuh di ruang keluarga sambil membaca majalah tersebut. Dari cover dan temanya saja aku sudah bisa menebak isinya. Perlahan kulihat bagian indeks dan sebagian besar aku mengenali para informan yang bersedia diwawancarai mengenai tema tersebut. Aku tersenyum ketika melihat foto tiga orang frater yang cukup kukenali dan hingga kini masih sering berkomunikasi dengan beliau-beliau itu.

Berbicara mengenai “panggilan”, aku teringat sewaktu SD dulu aku cukup aktif mengikuti kegiatan BIR (Bina Iman Remaja) di Paroki St. Barbara Sawahlunto. Kebetulan waktu itu kami mendapat kunjungan dua orang suster yang aku lupa berasal dari kongregasi mana. Ketika melihat mereka, aku sempat berdiam diri dan seketika membayangkan jika aku mengikuti jejak mereka. Ada kenyamanan ketika melihat senyum mereka yang kupastikan bahwa itu adalah senyuman yang tidak dibuat-buat. Suatu sore ketika aku dan ibuku pulang latihan dari gereja, tepatnya di halaman gereja aku mendengar obrolan suster dengan ibuku. Sambil tersenyum, ibu berkata “suster doakan anak saya supaya kelak dapat mengikuti jejakmu”. Seketika banyak pertanyaan yang langsung menghantam pikiranku kala itu. Dalam hati aku bertanya “apakah ibuku berharap penuh padaku? Apakah ibuku juga merasakan apa yang aku rasakan? Apakah ibuku benar-benar akan menyerahkanku pada panggilan itu? Aahhh entahlah…….

------------------

Setelah menamatkan pendidikan di bangku SLTP, aku berniat untuk masuk biara. Niatku ini kusampaikan langsung pada ibuku dan opung (nenek), dan ternyata jawaban yang kudengar dari mereka sungguh jawaban yang mengejutkan. Mereka tidak menyetujui niatku ini dengan berbagai alasan, di antaranya karena aku satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, dan kami hanya dua bersaudara. Lantas siapa yang nantinya akan mengurus kami (ayah dan ibuku)? Ini sungguh jawaban yang sangat tidak kuinginkan, lalu apa maksudnya perkataan ibuku dengan suster kala itu? Apa hanya berlaku untuk saat itu saja? Kami sempat beradu argument dan ujung-ujungnya aku tetap kalah, dalam hati aku berkata “terjadilah padaku menurut kehendakMu”--- jika Kau menghendaki kedatanganku, panggillah aku! Tetapi jika tidak, tetap temani aku dalam melayaniMu di jalan yang lain.

Singkat cerita dengan berbagai pertimbangan sana sini dan masukan dari beberapa teman serta keluarga, aku mengurungkan niat itu. Akhirnya aku memutuskan melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah Katolik di Kota Padang. Kini aku sudah menamatkan jenjang perkuliahanku. Banyak hal yang kuperoleh mengenai pelayanan. Di mana saja dan kapan saja, kita bisa melayani. Mungkin ini memang jalan dariNya bahwa aku harus tetap berada di kota ini. Kota yang mungkin bisa memberi peluang bagiku untuk melayani di gereja dan sesama, dan mungkin saja pekerjaan yang akan kumulai esok hari adalah panggilan dariNya. Sungguh rencanaMu tak dapat kutebak, dan sungguh semuanya terasa indah!

Diberkatilah!

Padang, 18 Oktober 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun