Mohon tunggu...
Katarina Silalahi
Katarina Silalahi Mohon Tunggu... -

Fiat Voluntas Tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Apa?

30 Maret 2016   00:57 Diperbarui: 30 Maret 2016   09:00 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahagia itu kita yang menciptakan bukan? Sepertinya itu merupakan kata-kata yang paling tepat untuk memulai tulisanku yang masih sangat jauh dari kata sempurna ini. Bukan karena kesibukan, hanya saja aku sedang menikmati hari-hariku dengan kesendirianku. Aku sedang berusaha menghibur diriku, tetapi bukan karena aku lagi bersedih. Sepertinya hidup terlalu sia-sia jika kita hanya memikirkan tentang kesedihan. Lantas kapan bahagianya?

Kali ini jari-jariku tengah asik menari-nari di atas keyboard komputer kecilku ini sambil sesekali aku menikmati teh manis dingin yang tadi kubeli di warung makan sebelah kos ku, terdengar juga suara televisi penghuni kamar sebelah, serta teriakan-teriakan yang tak jelas dari lantai dasar. Itulah suasana siang ini dari tempat tinggalku yang mungil namun cukup membuatku nyaman untuk dua tahun ini.

Jika berbicara mengenai kebahagiaan, aku pun tak begitu paham arti dari kebahagiaan yang sebenarnya. Tetapi aku akan mencoba menjelaskannya secara sederhana melalui pengalamanku beberapa minggu ini. Beberapa minggu kemarin orangtuaku memberiku sebuah smartphone baru. Apakah aku bahagia? Tentu saja. Kini aku tak perlu lagi bersusah payah membawa smartphone lamaku ke counter untuk memperbaikinya. Di sisi lain pastinya ini juga akan membantuku untuk berinteraksi dengan kerabat di berbagai media sosial. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa orang (kakak dan abang) yang kutemui melalui salah satu media sosial. 

Meskipun perkenalan hanya sebatas dunia maya, namun mereka membuatku semakin mengerti mengenai kebahagiaan yang sebenarnya. Bahagia itu sepertinya tidak hanya sebatas harta yang dimiliki. Mereka memberiku kebahagiaan lain yang mungkin selama ini tidak terpikirkan olehku. Terus terang bahagiaku selama ini ketika diberi barang baru, diajak jalan-jalan, atau ketika permintaanku yang lainnya dipenuhi oleh orangtuaku. Aku sadar bahagia yang kumiliki kala itu bakalan habis atau dengan kata lain hanya bersifat sementara. 

Namun mereka memberiku kebahagiaan dari sudut lain. Seorang kakak yang kukenal kebetulan kami semarga, aku dapat mempelajari sosoknya dari sebuah blog miliknya. Kebahagiaan pertama yang kudapat ya memang karena satu marga itu, lalu kebahagiaan kedua karena kecintaannya dengan dunia menulis. 

Dari beberapa tulisannya, beliau menyuguhkan kesederhanaan diri dan menjauhkan diri dari kata mengeluh (yang selama ini seringkali kulakukan). Meskipun aku tahu kesibukannya sungguh luar biasa sehingga untuk membalas chat ku pun membutuhkan kesabaran untuk menunggunya (hahahahaa). Yaa bagiku beberapa hal tersebut sudah mampu membuatku merasa bahagia. Sederhana bukan? Tetapi sungguh nikmatnya.

Kebahagiaan kedua yang kualami tepatnya saat Misa Kamis Putih di salah satu gereja di Kota Medan ini. Sepertinya aku mengenali dirigen yang kala itu bertugas, dan sebelumnya aku pernah melihat beliau beberapa kali di gereja yang berbeda. Terus terang aku memujinya karena bisa melihat seorang  dirigen tersenyum sambil menjalankan tugasnya itu maha nikmatnya. Ini pemandangan yang tak sering kusaksikan. Kuyakin itu bukan senyuman palsu. Sungguh pelayanannya terhadap Dia membuatku bisa tersenyum bahagia. Kebahagiaanku kala itu bercampur dengan kerinduan melayaniNya. Mungkin itulah dua pengalaman yang bisa kubagi. Untuk kesekian kalinya aku berkata bahwa bahagia itu sungguh sederhana, akan lebih terasa istimewa ketika hal yang kita lakukan bisa melahirkan senyuman bagi banyak orang. Diberkatilah hidupmu.

 

Medan, 28 Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun