Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Harus Belajar dari Aksi Barbar Loyalis Trump

11 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 11 Januari 2021   11:33 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto AFP PHOTO/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/Samuel Corum Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerbu Gedung Capitol di Washington DC, 6 Januari 2021. Pendukung Trump berkumpul di ibu kota untuk menghentikan Kongres AS mengesahkan kemenangan Joe Biden.

Lebih dari itu, Pilkada 2020 dengan keterlibatan sekitar 70 juta lebih pemilih dari 100,3 juta potensi Pemilih merupakan Pemilu dengan keterlibatan Pemilih terbesar di dunia.

Bahkan setahun selumnya, Pilpres 2019, media internasional seperti
Harian New York Times sampai menyebut pemilu di Indonesia sebagai "the world's largest direct presidential election" atau Pilpres secara langsung terbesar di dunia".

Karena itu, pelajaran penting dari aksi brutal loyalis Trump untuk Indonesia ialah jangan biarkan elite politik memprovokasi rakyatnya untuk berbuat barbar, rusuh, atau merusak sistem demokrasi kita yang sudah terbangun dengan baik. Jangan sampai atas nama agama, atas nama demokrasi, tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang sudah 'ngeklik' dengan demokrasi menjadi mundur ke era tirani besi, fasis, otoritarianisme yang melanggengkan oligarki politik dan bisnis.

Semoga Bangsa kita terlindungi dari kelakuan elite politik maupun kelompok yang mengatasnamakan pejuang agama, pejuang HAM, pejuang revolusi akhlak, atau pejuang demokrasi sekalipun, namun kelakuannya justru merusak kesucian agama, intoleran atau mencaci sesama manusia yang secara tidak langsung juga merenggut kebebasan HAM bahkan juga anti demokrasi karena perilakunya kerap memaksakan kehendak dan juga merasa diri atau kelompoknya yang paling benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun