Lebih dari itu, Pilkada 2020 dengan keterlibatan sekitar 70 juta lebih pemilih dari 100,3 juta potensi Pemilih merupakan Pemilu dengan keterlibatan Pemilih terbesar di dunia.
Bahkan setahun selumnya, Pilpres 2019, media internasional seperti
Harian New York Times sampai menyebut pemilu di Indonesia sebagai "the world's largest direct presidential election" atau Pilpres secara langsung terbesar di dunia".
Karena itu, pelajaran penting dari aksi brutal loyalis Trump untuk Indonesia ialah jangan biarkan elite politik memprovokasi rakyatnya untuk berbuat barbar, rusuh, atau merusak sistem demokrasi kita yang sudah terbangun dengan baik. Jangan sampai atas nama agama, atas nama demokrasi, tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang sudah 'ngeklik' dengan demokrasi menjadi mundur ke era tirani besi, fasis, otoritarianisme yang melanggengkan oligarki politik dan bisnis.
Semoga Bangsa kita terlindungi dari kelakuan elite politik maupun kelompok yang mengatasnamakan pejuang agama, pejuang HAM, pejuang revolusi akhlak, atau pejuang demokrasi sekalipun, namun kelakuannya justru merusak kesucian agama, intoleran atau mencaci sesama manusia yang secara tidak langsung juga merenggut kebebasan HAM bahkan juga anti demokrasi karena perilakunya kerap memaksakan kehendak dan juga merasa diri atau kelompoknya yang paling benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H