-KECUPAN ITU-
Rembang Jingga Kinasih
Aku sebenarnya ingin marah, ingin tumpahkan kesedihan ini kepadamu, kamu yang menjauh dariku, kamu yang memilih meneruskan kuliah di Yogyakarta , dan kembali kepelukan mamamu adalah solusi, ya.. solusimu adalah meninggalkanku Biru! egoku berbicara.
Suara kereta berdecit menjadi suara yang mengerikan bagiku saat ini, apakah itu keretamu Biru? bila benar telah datang maka kamu akan pergi meninggalkanku, apakah kamu rasakan hal yang sama atau hanya aku? seluruh rasa berkecamuk, dan itu hanya dalam hatiku.
Seperti biasanya kututup semua rasa dengan senyum, dan aku tau bagaimanapun senyum yang mengembang di bibirku, kamu pasti tau hatiku sebenarnya Biru, aku takut sekali... esok tak ada ketukan kaca jendela rumahku yang belakangan ini kamu benturkan pelan dengan uang logam, seperti menandakan kepadaku kamu telah datang, kemudian setelah ini apa yang aku lakukan tanpa kamu disini? siapa teman berdebatku tentang apa saja diteras rumah, siapa temanku mengunjungi toko buku? Siapa Biru?
Tukk.. jari telunjuk Biru mengetuk keningku lembut, membangunkanku dari lamunan, aku tersenyum, Birupun tersenyum. "Keretaku sudah datang Ga..." parau sekali suara Biru, "sudah waktunya ya Bii.." sudah sulit membendung air dimataku, aku benci ini, aku benci perpisahan!
Banyu Biru
" Sudah waktunya ya Bi?" suaramu lemah sekali Ga, matamu sudah tak seperti biasanya, bersembunyi dari keceriaan dan senyummu, Bibirmu bergetar.. sungguh ingin sekali aku kecup bibir itu Ga,walau ratusan orang berada disekitar kami.
kecupan yang kudapatkan dengan susah payah, sekitar bulan lalu ketika Acara Perpisahan kelas kita diVilla Bunga, aku rela memanjat pohon kersen untuk memetik buahnya yang merah, ketika dengan sok taunya kamu bilang tak ada buah yang matang dipohon itu, sigap sekali aku layangkan taruhan, kukatakan bila ada yang matang untukmu, makaku cium bibirmu.
Masih dengan kepala batu dan seperti biasanya kamu yang suka sekali tantangan, dengan percaya diri kamu katakan Iya, coba saja, seringaimu, namun mukamu pucat sekali berapa menit kemudian saat mataku melihat dikejauhan warna merah menyembul dibalik dedaunan, aku memanjat pohon itu, mungkin kamu khawatir bila aku mendapatkan buah yang matang maka kamu harus merelakan bibirmu untuk ku kecup pertama kali, first kiss mu milikku gumanku ketika dengan sekuat tenaga ku cari dan kutemukan.
Bergegas kupetik buah kecil itu, buah kecil ajaib yang mengabulkan keinginanku selama ini, sampai dibawah pohon kulihat kamu sudah tidak ada, jejakmu hanya punggung yang berlari menuju Villa dimana seluruh teman kelas kita berkumpul disana, aku masih mengingatnya bagaimana aku tertawa melihatmu kala itu, si manja ketakutan rupanya, Aku menyusulmu dengan cepat rasanya ingin sekali mencubit pipi Jingga melihat tingkahnya yang menggemaskan itu, kamu harus bayar taruhanmu.