Mohon tunggu...
Kavin Ashfiya
Kavin Ashfiya Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

pengkaji filsafat, bahasa, dan agama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Etika: Pengertian, Macam-Macam Etika dan Aliran-Alirannya

8 Maret 2023   20:34 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:32 3641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan nilai yang dianutnya, etika normatif terbagi menjadi dua:

a. Etika Teleologis

Etika teleologis menilai moralitas suatu tindakan dari hasil akhirnya. Etika ini bersifat utilitarian (menilai tindakan moral berdasarkan manfaatnya) dan tidak memprioritaskan moralitas sebagai kewajiban mutlak. 

Menurut etika ini, suatu tindakan dianggap baik jika hasil akhirnya baik, dan dianggap buruk jika hasil akhirnya buruk. Misalnya, perbuatan korupsi adalah tindakan yang buruk sejauh hasil dari tindakan tersebut menyebabkan kerugian, tetapi dalam perspektif tertentu, bisa saja dianggap baik jika menghasilkan kebaikan.

Namun, prinsip ini memiliki kelemahan. Dengan prinsipnya aliran teleologis kurang menekankan ukuran verifikasi hasil akhir dari tindakan moral. Misalnya, jika seseorang mencuri makanan karena keluarganya kelaparan, apakah tindakan tersebut bisa dianggap baik? Dengan pendekatan seperti ini, etika teleologis dapat terjebak dalam relativisme kaum Sofis.

b. Etika Deontologis

Etika deontologis adalah kebalikan dari etika teleologis. Etika ini memandang moralitas secara intrinsik, yaitu suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu sendiri merupakan suatu kebaikan.

Filsuf Jerman, Immanuel kant, mengembangkan konsep ini dengan gagasan imperatif mutlak, yaitu bahwa moralitas bersifat universal dan objektif. Misalnya, sopan santun dianggap sebagai tindakan moral yang baik bukan karena hasil akhirnya menguntungkan, tetapi karena tindakan tersebut adalah kebaikan itu sendiri.

3. Metaetika

Metaetika muncul pada abad ke-20 dan berfokus menganalisis makna dari istilah-istilah normatif yang diungkapkan melalui pernyataan-pernyataan etis. Istilah-istilah etis yang sering menjadi objek pembahasan metaetika meliputi: baik, buruk, benar, salah, terpuji, adil, dan sebagainya. 

Beberapa teori dalam metaetika antara lain:

  • Naturalisme: Menganggap bahwa pertimbangan moral dapat diteliti secara ilmiah dan dapat disamakan dengan istilah deskriptif lainnya.
  • Kognitivisme: Berpendapat bahwa pertimbangan moral bisa benar atau salah, serta dapat dijadikan subjek ilmu pengetahuan.
  • Intuisionisme: memandang bahwa pengetahuan manusia tentang nilai-nilai diperoleh dari intuisi. Teori ini tidak memberikan batasan-batasan non normatif terhadap istilah normatif etis seperti baik dan buruk. Menurut pandangan ini pengetahuan manusia mengenai istilah normatif jelas dengan sendirinya, karena manusia dapat merasakan hal tersebut dengan intuisinya. Oleh karenanya, intuisi manusia dianggap dapat mengetahui esensi-esensi normatif.
  • Subjektivisme: Menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan moral sebenarnya mengungkapkan fakta-fakta subjektif terkait tindakan manusia. Pertimbangan moral dianggap tidak mungkin mengungkapkan fakta-fakta objektif. Misalnya, jika manusia mengatakan bahwa suatu tindakan itu baik, hal itu karna ia menyetujui bahwa tindakan tersebut baik (subjektif). Sebaliknya, suatu tindakan dikatakan buruk karena ia tidak menyetujui tindakan itu. Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan moral sebenarnya hanya masalah kesetujuan dan ketidaksetujuan individu.
  • Emotifisme:Berpandangan bahwa istilah normatif seperti baik dan buruk hanya merupakan ekspresi emosional seseorang terhadap suatu tindakan. Dengan demikian, istilah-istilah normatif tidak berbeda dengan ungkapan atau seruan emosional lainnya.
  • Imperatifisme: Menyatakan bahwa pernyataan moral hanyalah bentuk lain dari perintah atau larangan, misalnya, "berbohong adalah tindakan buruk" sebenarnya berarti "jangan berbohong".
  • Skeptisisme: Beranggapan bahwa tidak ada kebenaran moral yang bersifat absolut dan moralitas hanyalah hasil konstruksi sosial serta preferensi individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun