Mohon tunggu...
Kata Dhiar
Kata Dhiar Mohon Tunggu... Tutor - Mentor

Founder DBODY (The Anatomy Course), Spesialis Anatomi fungsional dan Anatomi Klinis untuk olah raga dan kesehatan. Pemegang 21 Sertifikat Anatomi dan Terapi dari luar negeri dan 1 dari Indonesia,, termasuk anatomi emosional

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kritik Berlebihan Normal atau Ada Masalah Kejiwaan

30 Januari 2025   15:09 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi kritik berlebih, (sumber katadhiar)

Fenomena Kritik Berlebihan: Normal atau Indikasi Masalah Mental?

Di era digital dan keterbukaan informasi seperti sekarang, kritik seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai diskusi publik, termasuk dalam forum politik dan talkshow televisi. Menariknya, tidak hanya pengamat profesional, tetapi juga masyarakat umum sering kali terlibat aktif dalam mengomentari, bahkan menghakimi segala tindakan tokoh publik. Namun, apakah kebiasaan terus-menerus mencari kesalahan ini normal atau justru menandakan adanya masalah mental?

Psikologi di Balik Perilaku Kritik Berlebihan

Menurut psikologi sosial, manusia cenderung memiliki negativity bias, yaitu kecenderungan untuk lebih memerhatikan, mengingat, dan bereaksi terhadap informasi negatif dibandingkan positif. Fenomena ini normal dan bahkan berkembang sebagai mekanisme bertahan hidup. Namun, dalam konteks sosial modern, kebiasaan fokus pada kekurangan orang lain dapat memiliki faktor yang lebih kompleks.

Beberapa motivasi di balik perilaku ini antara lain:

  • Perasaan Superioritas: Kritik dapat menjadi cara seseorang merasa lebih unggul dibandingkan orang yang dikritik. Ini biasanya terkait dengan kebutuhan ego yang belum terpenuhi.
  • Proyeksi Diri: Dalam teori psikoanalisis, proyeksi terjadi ketika seseorang tidak mampu menerima kelemahan diri dan kemudian memproyeksikan kelemahan tersebut kepada orang lain.
  • Persepsi Kognitif yang Bias: Dalam beberapa kasus, orang yang selalu melihat sisi negatif mungkin memiliki pola pikir cognitive distortion seperti black-and-white thinking (melihat sesuatu sebagai baik atau buruk tanpa area abu-abu).
  • Pengaruh Media Sosial: Algoritma media sosial cenderung memperkuat komentar negatif yang viral, menciptakan budaya yang semakin mendukung kritik tajam.

Kondisi Mental yang Mungkin Terlibat

Jika perilaku kritik berlebihan ini tidak terkendali, ada beberapa gangguan mental yang mungkin terkait:

  • Narcissistic Personality Disorder (NPD)
  • Orang dengan NPD sering kali mencari kesalahan orang lain untuk menjaga citra superior mereka.
  • Obsessive-Compulsive Personality Disorder (OCPD)
  • Orang dengan OCPD cenderung memiliki standar yang sangat tinggi dan sulit menerima ketidaksempurnaan, termasuk dari orang lain.
  • Social Comparison Syndrome
  • Kondisi ini terjadi ketika seseorang terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain, yang dapat mendorong perilaku kritis terhadap lingkungan.
  • Low Self-Esteem Issues

Orang dengan harga diri rendah sering kali merasa lebih baik dengan mencari kesalahan orang lain sebagai bentuk kompensasi psikologis.

Bagaimana Mengatasinya?

  • Latih Empati: Cobalah memahami alasan di balik tindakan orang lain sebelum memberikan kritik.
  • Praktik Mindfulness: Latihan kesadaran diri dapat membantu mengurangi kebiasaan berpikir negatif.
  • Konsultasi Psikolog: Jika perilaku kritik berlebihan sudah mengganggu hubungan sosial atau kesejahteraan emosional, konsultasi dengan profesional kesehatan mental bisa sangat membantu.
  • Fokus pada Hal Positif: Biasakan untuk mencari sisi positif dalam setiap situasi sebagai penyeimbang negativity bias.

Perilaku kritik memang tidak selalu merupakan tanda gangguan mental, namun jika dilakukan secara berlebihan dan konsisten dalam berbagai forum diskusi, ada baiknya untuk melakukan refleksi diri. Karena pada akhirnya, diskusi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara kritik konstruktif dan apresiasi yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun