Mohon tunggu...
Orang Bijak Palsu
Orang Bijak Palsu Mohon Tunggu... -

Pemerhati Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenapa Salesman Berbohong & Main Paksa?

31 Desember 2012   08:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profesi salesman buat sebagian orang masih dianggap rendah dan tidak membuat bangga. Tidak sedikit orang tua yang tidak menyarankan anak-anaknya untuk terjun ke dunia salesman. Profesi sebagai seorang salesman belum menjadi pilihan terbaik dalam mencari pekerjaan. Bahkan seringkali jadi pilihan terakhir. Setelah mentok sana-sini barulah mereka menerima tawaran menjadi salesman.

Image negative salesman sebagai tukang bohong, tukang paksa dan profesi buangan rupanya masih cukup kuat melekat dibenak masyarakat. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu disalahkan karena semua berada dalam putaran proses pembelajaran.

[caption id="attachment_224938" align="aligncenter" width="338" caption="zulkarnainzone.blogspot.com"][/caption] Pressing target dari perusahaan, selling skills yang minim dan kebiasaan dengan pola pemikiran intstan seringkali membuat para tenaga penjual berbohong dan ‘main paksa’ dalam menjual produknya. So ini berbahaya buat citra salesman. Jadi kalau citra salesman buruk di masyarakat salesman sendirilah yang paling bertanggung jawab.

Bagaimana menawarkan dan menjual produk tanpa berbohong di tengah kebanyakan tenaga penjual yang berbohong adalah problem tersendiri bagi para salesman. Hal ini perlu dipikirkan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia sales n marketing. Bukan hanya si salesmannya saja tapi juga oleh perusahaan dimana mereka bekerja. Karena citra para salesman juga menentukan citra perusahaannya.

Perusahaan yang tidak mau tahu dalam proses pencapaian target seorang salesman juga punya andil besar dalam membuat salesman berbohong dan main paksa. Hal lain yang menyebabkan para salesman berbohong dan main paksa adalah pembekalan tentang selling skills yang minim yang diberikan perusahaan. Terkadang perusahaan lebih mementingkan hasil ketimbang proses pencapaian hasil tersebut.

“Pokoknya saya gak mau tahu caranya yang penting bulan ini kamu harus menjual sekian banyak”. Ucapan seperti ini seringkali keluar dari mulut para manager penjualan atau owner bisnis. Bagaimana mungkin mereka tidak mau tahu wong hasilnya mereka yang lebih banyak menikmati ketimbang para salesmannya. Bagaimana mungkin salesman bisa menjual banyak kalau caranya mereka tidak diberi tahu. Wong yang sudah diberi tahu saja belum tentu langsung bisa, karena segala sesuatunya butuh proses.

Pola pikir instan juga punya andil besar yang menyebabkan para salesman ini main paksa dan berbohong. Terkadang malah perusahaanya yang menciptakan pola pikir instan ini. Beberapa anggota masyarakat cenderung menghindar bila bertemu salesman karena takut di’paksa’ nantinya.

Salesman pemaksa ini rupanya belum diberitahu bahwa tidak ada satupun yang sia-sia di dunia dualitas ini. Jadi kalau mereka tidak closing pada salah satu pelanggan itu bukan berarti mereka gagal. Karena selalu ada harga dari sesuatu yang kita inginkan dan selalu ada bayaran dari setiap upaya yang kita lakukan. Kehidupan tidak pernah bohong dalam hal ini. Justru dengan semakin banyak penolakan yang anda alami semakin besar pula hasil yang bakal dituai nantinya. Tidak ada kepentingan kehidupan berbohong untuk hal ini. Yang sudah paham dan mengerti pasti tidak akan main paksa dalam menawarkan & menjual produk.

Artikel sejenis:

jangan ‘coba-coba’ jadi salesman || top coffee keluarkan banyak jurus &uang

Artikel beda jenis:

membakar surga menyiram neraka || digagalkan / dikalahkan pikiran sendiri

Artikel kontroversial: merokok bisa tidak membahayakan kesehatan !?

[caption id="attachment_224937" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto:123rf.com"]

1356941252795437555
1356941252795437555
[/caption]

Terima kasih___salam bijak palsu !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun