Niat dan tujuan dasar dalam mencari sesuatu menentukan apa yang akan anda temukan atau diijinkan-Nya ketemu kemudian. So apa yang anda temukan atau diijinkan-Nya ketemu saat ini adalah hasil dari apa tujuan dan niat anda sebelumnya, entah itu jelek atau baik. Anda diperjalankan-Nya dijalan yang anda pilih. Apapun yang anda dapat dan temukan saat ini jangan pernah lupa untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Ada banyak berita-berita ‘bagus’ yang berseliweran di dunia maya tentang Allah yang katanya adalah penipu terhebat, raja tipu, tukang makar, tuhan yang maha penipu dsbnya. Ada juga yang mengatakan bahwa nama ke 100 nya adalah penipu terhebat. Orang-orang yang belum mengerti kebaikan dan kebenaran Islam dari kalangan non muslim ini kerap menghujat ayat2 Quran secara sembrono tanpa memikirkan tafsir yang benar dan pemahaman yang matang.
Yah maklum juga sih karena niat dan tujuan merekakan bukan ingin mencari kebaikan dan kebenaran Islam. Melainkan mencari kebaikan dan kebenaran agama mereka melalui kejelekan (menurut mereka) agama Islam. Sang Pemilik Kehidupan memperjalankan kita dijalan yang kita pilih. Dan kita juga harus belajar bijak menerima apapun yang sudah diijinkan-Nya terjadi.
Salah satu ayat yang dipakai oleh para pencari yang luar biasa itu adalah QS: Ali Imran:54 yang artinya : Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Ayat ini turun berkenaan dengan akan disalibnya nabi Isa a.s oleh bani Israil. Mereka menghasut, melakukan tipu daya dan menjelek-jelekkan Nabi Isa a.s sehingga raja memerintahkan untuk membunuh nabi Isa. Namun Allah Azza Wa Jalla menggagalkan tipu daya mereka dengan mengerupakan muridnya yang membangkang seperti nabi Isa, kemudian mengangkat nabi Isa a.s ke langit.
...... Allah membalas tipu daya mereka itu dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Inilah yang dijadikan ‘serangan’. Mereka mengatakan bukankah Allah maha kuasa kenapa harus menipu, hanya manusia yang menipu. Bagaimana mungkin Allah yang maha kuasa itu menipu ???
Sebenarnya ini pertanyaan bagus jika NIAT dan TUJUAN mereka BAIK, bukan untuk sesuatu yang buruk atau untuk kepentingan menjelek-jelekkan. Karena niat dan tujuan baik jika dikonsisteni pasti akan berbuah baik buat dirinya dan juga orang lain. Namun niat yang TIDAK BAIK tidak akan diijinkan Allah berbuah baik. Kalaupun baik itu hanya tampak seolah-olah saja, karena memang kebijaksanaan Allah tidak semuanya bisa dipahami oleh makhluk.
Sebaik-baik pembalas tipu daya harusnya dipahami sebagai PERINGATAN bahwa jangan coba-coba melakukan tipu daya terhadap agama Allah. Tipu daya banyak sekali terjadi terhadap agama Allah melalui para nabinya. Dan selalu tidak berhasil. Jika para non muslim harus membacanya sebagai peringatan maka bagi orang muslim ini harus dibaca sebagai jaminan perlindungan dari Sang Maha bahwa jangan pernah takut untuk selalu berada di jalan Allah.
Realitas ini seharusnya menyadarkan mereka akan kesalahan dan kesesatan mereka sehingga segera bertobat dan mengamini agama-Nya. Selain makar dan tipu daya mereka dipastikan gagal dan sia-sia, mereka juga diancam dengan azab yang pedih (lihat QS; Al-An-am 124).
Mereka ini intinya tidak mau mengakui kekuasaan dan kesempurnaan Allah dan karena kebijaksanaannya Allah tetap perjalankan mereka dijalan yang mereka pilih. Namun jika sudah melampaui batas maka Allah tidak diam. Luar biasa maha suci Allah dengan segala kebijaksanaan dan kemahasempurnaan-Nya.
Buat para pencari kebenaran selain dari Allah, silakan teruskan perjuangan kalian seperti kami juga meneruskan perjuangan kami. Yuk sama-sama kita mencari kebenaran yang membawa manfaat bagi banyak orang dan bukan hanya untuk kepuasan ego sendiri. Dan hendaklah kita berhati-hati dalam memahami dan memaknai wahyu Allah. Jangan memaknai apa yang dikatakan Allah seperti memaknai apa yang dikatakan manusia.
Pikiran manusia tidak bisa sepenuhnya memahami semua maksud dan kebijaksanaan Allah. Jika niat dan tujuan mencari tahunya baik maka anda pasti diijinkan-Nya bertemu dengan sesuatu yang baik. Begitu pula sebaliknya. So jika yang anda temukan lebih banyak menimbulkan “keributan, pertengkaran dan saling mencaci maki” tentunya ini sulit sekali untuk dikatakan baik.
Dalam menilai dan menyikapi sesuatu seorang penutur kejernihan pernah berkata Bila ada sesuatu yang belum bisa dimengerti, kemungkinan dia jauh diatas kemampuan pikiran untuk bisa mengerti. Atau sebaliknya, terlalu sederhana untuk bisa memuaskan kerumitan pikiran
Menurut al-Jurjani, kata al-kayd berarti menginginkan kemudaratan terjadi pada orang lain secara rahasia. Bagi makhluk, al-kayd merupakan tipudaya yang jahat. Adapun dari Allah SWT, berarti mengatur kebenaran untuk membalas perbuatan makhluk.
Dijelaskan juga oleh al-Asfahani, al-kayd merupakan salah satu bentuk dari ihtiyâl (tipudaya, siasat). Kata itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang tercela atau terpuji, namun lebih banyak digunakan untuk yang tercela. Ini sebagaimana kata al-istidrâj dan al-makr, kadang digunakan untuk yang terpuji.
Tidak boleh juga menyematkan sifat itu secara mutlak kepada Allah SWT kecuali dalam konteks balasan, seperti firman-Nya:
نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ : Mereka telah melupakan Allah sehingga Allah pun melupakan mereka (QS at-Taubah [9]: 67).
Sifat-sifat Allah Ta'ala seluruhnya merupakan sifat sempurna, menunjukkan makna yang paling indah dan sempurna. Allah Ta'ala berfirman,
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (سورة النحل: 60)
"Dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nahl: 60)
Kebijaksanaan Allah tidak semuanya bisa dimengerti dan dipahami oleh pikiran manusia. Menerima apa yang sudah diijinkan-Nya terjadi adalah cara terbaik bagi manusia yang mengakui kemahaan-Nya.
Makna dari (المثل الأعلى) adalah sifat sempurna.
As-Sa'dy berkata dalam tafsirnya (hal. 718, 1065), berkata, "(المثل الأعلى) adalah sifat sempurna."
Sifat-sifat itu ada 3 macam;
Pertama: Sifat sempurna, tidak ada kekurangan padanya dari berbagai sisi. Sifat-sifat ini boleh disematkan kepada Allah Ta'ala secara mutlak tanpa dikaitkan dengan sesuatu. Seperti sifat ilmu, kuasa, mendengar, melihat, kasih sayang, dll.
Kedua: Sifat yang menunjukkan kekurangan, tidak ada kesempurnaan padanya. Sifat seperti ini sama sekali tidak boleh disematkan pada Allah Ta'ala. Seperti tidur, lemah, zalim, khianat, dll.
Ketiga: Sifat yang mungkin mengandung kesempurnaan dan mungkin juga mengandung kekurangan, sesuai kondisi bagaimana hal tersebut disebutkan.
Sifat seperti ini tidak disematkan kepada Allah secara mutlak, tapi juga tidak dinafikan secara mutlak. Akan tetapi wajib diperinci. Pada kondisi yang menunjukkan kesempurnaan bagi Allah, maka Dia boleh disifati dengannya, namun pada kondisi yang menunjukkan kekurangan bagi Allah, maka Dia tidak boleh disifati dengannya. Misalnya sifat 'makar', 'menipu' atau 'menghina'.
Biasanya orang-orang berilmu tinggi dan berakhlak mulia tidak banyak berkoar-koar dan tidak menjelek-jelekkan orang lain apalagi menjelek-jelekkan Tuhan, karena semakin banyak dia belajar semakin mengerti dia bahwa banyak sekali yang belum diketahuinya. Dan orang-orang seperti ini biasanya tidak berani men-judge sesuatu secara sembrono apalagi dipenuhi dengan aroma kebencian. Mereka bijak dan santun dalam menyampaikan sesuatu.
Semoga saya dan semua yang sempat membaca artikel ini dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang senantiasa berusaha untuk bijak dan santun dalam menyampaikan dan menyikapi sesuatu..!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H