Mohon tunggu...
Orang Bijak Palsu
Orang Bijak Palsu Mohon Tunggu... -

Pemerhati Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara Kaya dengan Warisan Kuliner

21 Agustus 2013   18:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:01 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa ini kaya akan keragaman kulinernya. Orang-orang tua dahulu banyak meninggalkan warisan berupa aneka kuliner unik dan menarik yang menanti untuk di kembangkan. Bagi orang-orang yang kreatif dan tahan proses, kuliner warisan ini bisa dijadikan salah satu cara untuk menjadi kaya.

Cendol adalah minuman tradisional yang berasal dari Asia Tenggara yang populer di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Myanmar. Cendol merupakan salah satu warisan kuliner yang terbuat dari tepung beras yang disajikan dengan es parut, santan dan gula merah. Konon istilah cendol berasal dari kata ‘jendol’ yang ditemukan dalam bahasa Sunda, Jawa, dan Indonesia; hal ini merujuk pada sensasi jendolan yang dirasakan ketika butiran cendol melalui mulut kala meminum es cendol. Bagaimana cara kaya dengan warisan kuliner yang satu ini, itu yang akan saya sajikan kepada anda berikut ini.

Adalah seorang wanita bernama Lai Moi yang mencoba “bermain-main” dengan cendol. Ia yakin minuman tradisional ini bisa naik derajat dari minuman yang dijajakan di tepi jalan menjadi primadona di pusat perbelanjaan. Usahanya tak sia-sia, Cendol de Keraton yang dirintisnya lima tahun lalu kini dijajakan di 60 gerai di wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Semarang.

Lai Moi beserta suami awalnya bekerja di industri garmen, dia bekerja di salah satu perusahaan garmen milik investor Taiwan di Bogor. Namun dia memutuskan hengkang dari perusahaan itu karena perselisihan usaha. Mereka mulai berdagang kristal dengan membuka gerai di Sukasari Bogor. Penghasilan dari berjualan kristal tak menentu karena peminatnya terbatas pada mereka yang gemar dan tahu mengenai kristal saja.

Lima tahun lamanya mereka mencoba mengadu nasib dengan menjual kristal, namun progresnya tidak cukup signifikan. Suatu ketika Agus Wiyono mengajaknya menyantap salah satu warisan kuliner nusantara, cendol. Kemudian ia terpikir untuk menyembangkan usaha cendol. Kebetulan dia mendapat resep membuat cendol dari seorang kenalan.

Sang suami pun mendukungnya dengan sepenuh hati. Sense of business-nya mengatakan bahwa bisnis ini layak ditekuni. Seperti banyak kejayaan bisnis yang lain usaha mereka pun tidak belangsung mulus. Di awal-awal memulai bisnis banyak sisa yang diminum sendiri atau di bagi-bagikan kepada orang lain. Inilah beda orang sukses dengan orang gagal. Orang sukses tahu betul bahwa segala sesuatu ada harganya dan “uang sekolahnya” serta siap menjalani prosesnya yang bisa menyenangkan bisa tidak. Bahkan cenderung lebih banyak tidak menyenakkan di awal-awalnya.

Ia tak menyerah. Beberapa bulan kemudian kondisi membaik. Cendol de Keraton miliknya mulai mendapat pelanggan. Ia juga mulai menawarkan cendol di pusat perbelanjaan di Kota Bogor. Memasuki tahun ketiga, ia sudah mulai menawarkan model kerja sama waralaba. Anda bisa berinvestasi sebesar 6 juta lalu mendapatkan berbagai peralatan serta bonus 50 sajian pertama. Cendol yang ditawarkan adalah cendol orisinal, nangka, durian, float, dan yang terbaru jahe.

Dari hanya mempekerjakan seorang karyawan kini rumah produksi Lai Moi sudah mempekerjakan 40 karyawan. Lai Moi cukup teliti memperhatikan proses produksi, mulai dari pembuatan cendol, pemerasan santan, hingga pengemasan cendol dan santan dalam kemasan ukuran per gelas. Pekerja yang bersentuhan langsung dengan minuman itu diwajibkannya menggunakan masker untuk menjaga higienitas cendol.

Rata-rata penjualan sehari sekitar 1.000 gelas untuk wilayah Jabodetabek dan Bandung. Kalau akhir pekan, biasanya penjualan sedikit meningkat, kata Lai Moi seperti dilansir Surabaya Post.

Untuk mendapatkan warna hijau cendol yang alami, dia menggunakan daun sari suji. Awalnya daun suji untuk cendol dia dapat dari tanaman pagar tetangga. Namun, setelah kebutuhan daun suji cukup banyak, dia menyewa lahan seluas 1.000 meter persegi di Ciherang, Kabupaten Bogor, untuk ditanami suji.

1377082852919541967
1377082852919541967

Lai Moi juga mendatangi beberapa pakar di Institut Pertanian Bogor untuk menanyakan mengenai kandungan kolesterol dalam santan. Namun, ia mendapati bahwa santan tak mengandung kolesterol jahat jika santan itu tak melalui pemanasan. Oleh karena itulah, dia sama sekali tidak memasak santan untuk cendolnya. Guna menjaga kebersihan santan, kelapa dicuci bersih menggunakan air matang, baru diperas.

Bagi istri Agus Wiyono ini, tak ada pengalaman yang kurang menyenangkan. Dia mengaku sudah terbiasa tidak mudah menyerah dan bekerja keras karena hal itu sudah dilakukannya saat bekerja di industri garmen.

Menurut Lai Moi, kunci kesuksesan usahanya tak terlepas dari kegigihan, inovasi, dan pengendalian mutu. Kini dalam waktu yang tidak terlalu lama Lai Moi berencana membuka gerai di luar negeri. Ia mengatakan sudah mendapat mitra yang tertarik memasarkan cendol produksinya.

Lai Moi sudah berhasil menaikkan derajat salah satu warisan kuliner tanah air ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagai sesama anak bangsa saya rasa tidak ada salahnya kita doakan agar bisnis cendolnya menuai sukses di luar negeri.

Itulah cerita tentang seorang yang berhasil kaya dengan memanfaatkan salah satu warisan kuliner Indonesia. Masih banyak lagi warisan kuliner bangsa ini yang menanti untuk dikembangkan oleh orang-orang kreatif yang tahan uji.

Artikel yang baru lewat>>> Apa Makanan Favorit Jokowi?

Artikel lain : Entrepreneur Banci || Jauhi Bisnis Anti Rugi !! || Belajar Cara Menjadi Kaya Dari Orang Miskin || Bisnis Yang Menguntungkan Saat Ini Nanti || Jadi Orang Kaya Dengan Bisnis Yang Menguntungkan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun