Beberapa jam yang lalu saya menaikkan tulisan tentang jatah sulit untuk setiap apa-apa yang kita ingin dan harapkan. Saya meyakini bahwa setiap keinginan dan harapan yang hendak kita capai ada jatah sulitnya yang harus kita ‘makan’. Ini keyakinan saya lho entah kalau keyakinan anda. Dan saya juga tidak menyatakan bahwa keyakinan saya benar, karena keyakinan kita sekarang adalah apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan (alami) sebelumnya. Sementara setiap dari kita pasti berbeda-beda apa-apa yang sudah didengar, lihat dan rasakan sebelumnya.
Contoh: Dua orang salesman yang menjual produk yang sama ke dua daerah yang berbeda. Satunya menjual habis sementara yang lainnya sisa banyak. Pasti yang pertama meyakini bahwa produknya produk laku dan yang kedua meyakini bahwa produk itu tidak laku.
Lalu dalam tulisan tersebut seorang kompasianer senior yang cukup produktif menulis di blog keroyokan ini mengomentari tulisan tersebut. Begini kira-kira komentarnya :
@sejatinya tidak ada yang sulit di dunia ini, karena Tuhan telah mengkaruniakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan segalanya menjadi mudah. Yang bikin sulit itu pemikiran kita sendiri.
Terima kasih pak Kate sudah berkenan memberi komentar. Saya setuju pak, bahwa sejatinya tidak ada yang sulit jika kita bisa memberdayakan anugrah potensi yang ada pada kita, cuma masalahnya berapa banyak yang mampu melakukan itu..??
Dan kesulitan yang saya maksud disini adalah kesulitan menurut pandangan orang kebanyakan. Meskipun sejatinya seperti yang anda katakan bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini tapi kenyataannya banyak orang-orang yang merasa dan menganggap sesuatu itu sulit. Jadi sulit atau kesulitan itu memang ada. Yah saya pikir kita tidak usah terlalu muluk-muluklah menganggap bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini.
Yang terpenting kan bukan sulitnya tapi apa yang harus kita lakukan setelah yang kita anggap sulit itu mampir di rumah kehidupan kita. Saya meyakini di dunia dualitas ini segala sesuatunya diciptakan berpasang-pasangan, ada yang mudah pasti ada yang sulit. Karena keduanya sama-sama mengirim pesan pembelajaran buat kita. Mudah mengirim pesan tersendiri, sulitpun punya pesan tersendiri yang harus kita hap..hap..tangkap!
Hidup kita akan menjadi lengkap apabila kita berhasil mengambil pelajaran dari setiap sisi pada berbagai ‘pasangan’. Orang yang hidupnya banyak mudahnya hanya belajar dari kemudahan. Sementara orang yang mengalami mudah dan sulit pasti akan belajar dari keduanya.
Maaf menurut saya sulit itu bukan untuk dianggap mudah dengan mengatakan bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini karena Tuhan Sang Pemilik Kehidupan sudah menganugrahi kita potensi yang luar biasa untuk menjadikan segalanya mudah.
Untuk membuat kita terbiasa lalu kemudian tidak terbebani dengan kesulitan, pertama-tama kita harus merasa bahwa itu sulit. Bagaimana mungkin kita menganggap sesuatu itu mudah tanpa merasakan yang namanya sulit. Sama dengan bagaimana bisa kita dikatakan berani tapi belum pernah merasakan dan melewati rasa takut? Kita bisa dikatakan berani kalau kita sudah melewati rasa takut. Kita bisa menganggap sesuatu itu mudah kalau kita sudah berhasil mengatasi kesulitan.
Begitu kira-kira pak Katedrarajawen jawaban dari saya sementara ini, mohon maaf dan mohon petunjuk kalau ada pandangan dan pemikiran yang keliru serta kata-kata yang tidak berkenan, maklum masih dalam tahap dasar belajar.
Terima kasih__salam bijak palsu!
Artikel lainnya:
Membakar Surga, Menyiram Neraka..l
Surat Untuk Mario Teguh [Ketika MT Salah..]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H