Katakan saja aku pengecut,
bersembunyi dibalik liukan-liukan indah jari-jari di atas keyboard.
Katakan saja aku pengecut,
bersembunyi di balik nama samaran yang kuatasnamakan untuk setiap untaian kata yang kulontarkan.
Katakan saja aku pengecut,
bersembunyi dari kemungkinan-kemungkinan hujaman tajam komentar-komentar menghakimi.
Katakan saja aku pengecut,
bersembunyi dalam sepi, berteman dengan kesunyian , bergetar dalam ramai, terbisu dalam kericuhan adu mulut.
Katakan saja aku pengucut,
menghindar perjumpaan-perjumpaan yang melahirkan cemoohan.
Katakan saja aku pengecut,
melangkah lima tapak ke belakang kala ada satu langkah asing maju mendekat.
Katakan saja aku pengecut,
berlari menuju kegelapan yang mampu mengaburkan diri di antara hitam kelam.
Katakan saja aku pengecut,
bersembunyi, menghindar, melangkah ke belakang, berlari menjauh menjadi opsi tak tergantikan dalam hidup.
Mereka menyebutku katak dalam tempurung. Benarkah?Â
Tapi nyatanya katak tak memiliki tempurung, lantas tempurung siapa yang dipakai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H