Administrator WA kelompok teman sekantor sudah lama mengundang saya untuk bergabung. Akan tetapi, dari yang saya lihat isi WA tetangga saya, isinya jauh lebih menjijikkan dari pada isi FB. Akan tetapi, setelah berkali-kali saya pun memberikan nomor hp saya yang memang punya fasilitas WA. Dua minggu berlalu, saya hanya sebagai peserta aktif. Muncul dua tiga kali untuk menanggapi komentar yang lucu-lucu, terlebih nyerempet-nyerempet porno: langsung digoreng.
Biasalah, di mana-mana rupanya tetap ada uwhuwah, tidak ketinggalan di kelompok kami ini, ada pula etiket Muslimnya. Jadi ada dua WA kami: satu WA bhinneka dan satu lagi WA Muslim
Tiga hari lalu muncullah copasan tentang haramnya ucapan Natal yang terkenal itu. Ya, saya pun, sebagaimana yang saya tulis di dalam profil Kompasiana ini langsung segera “berjihad” untuk meluruskan. Setelah itu saya masuk ke WA Muslim dan meminta secara baik-baik untuk tidak lagi memposting hal serupa ke WA sebelah karena tidak ada gunanya; cukuplah dijadikan itu sebagai konsumsi dalam negeri saja. Eee . . . ada yang komentar,
“Tidak apa-apa, biar mereka tahu. Mereka jangan minta toleransi melulu.”
Lalu saya jawab, “Gak, ada gunanya.”
“Gak, apa-apa, saya akan terus posting,” kata temanku ini lagi.
“Okelah, kalau begitu, saya pun akan gunakan hak saya untuk menyanggahnya,” jawabku.
Percakapan selesai.
Kemarin pagi, tiba-tiba muncul lagi postingan sejenis. Dari isinya saya paham bahwa yang memposting sangat tidak begitu bagus pemahaman keislamannya. Langsung saya terkam. Selanjutnya, dengan maksud untuk memberikan efek penggentar, saya memposting banyak masalah ke WA bhinneka, sampai-sampai ada yang mengancam akan keluar dari WA jika hal seperti itu berlangsung terus. Saya tidak peduli. Setiap mereka memposting ayat-ayat keras, saya lawan dengan ayat-ayat damai yang terkait dengan ayat-ayat keras mereka.
Tadi pagi, ada pesan dari administrator tidak memposting apa pun ke WA Muslim, dan saya setujui. Eee . . . siang tadi, teman saya di administrator meminta saya untuk exit saja dari pada diexitkan. Saya pun sukarela exit.
Rupanya junk food itu bukan saja sesuatu berwujud, tetap ada juga yang tanwujud. Tampaknya, teman-teman saya yang di WA Muslim ini sudah kecanduan junk food rohani, yang berisi ayat-ayat keras dan cerita-cerita kejelekan agama di luar agama mereka. Sepert anggota Pendemo 411, tulisan takbir pun bersiliweran di WA Muslim tersebut.