Artikel ini ditulis atas setelah membaca tulisan kawan kompasianer Aldi Doank http://olahraga.kompasiana.com/bola/2013/02/24/presiden-fifa-surati-menpora-kongres-17-maret-2013-jalan-terus-hehe-536725.html dalam tulisannya Aldi mengutip pernyataan Menpora Roy Suryo “Surat langsung dari Blatter kemarin semakin jelas mendudukkan posisi pemerintah. Mereka sangat sepakat dengan upaya FASILITASI pemerintah dalam kongres 17 Maret mendatang,” kata Roy Suryo, Jumat, 22 Februari 2013.
Nampak tidak ada yang salah dalam tulisan saudara kompasianer tersebut pun dengan pernyataan Menpora tentang FIFA sepakat pemerintah fasilitasi kisruh PSSI dengan kelompok separatis KPSI, namun hal itu menjadi aneh ketika saudara penulis diakhir tulisannya menulis kalimat : bravo sepakbola indonesia.. jangan dengarkan orang2 yg teriak2 tegakkan statuta.. karena fifa pun tidak lagi mempersoalkannya.. ehehehe…
Tulisan terakhir itu tentu saja sangat mengganggu dan jauh dari kebenaran, ajakan kepada orang lain untuk mengabaikan Statuta dengan dasar bahwa FIFA pun sudah tidak lagi mempersoalkannya adalah ajakan berbahaya, bagaimana mungkin suatu organisasi berjalan dengan menginjak-injak "kitab suci"nya sendiri? jadi kalau statuta sebagai pedoman utama FIFA selaku organisasi sepakbola dunia sudah dikhianati lantas bagaimana FIFA mengontrol keteraturan dalam menjalankan roda organisasinya?, bagaimana dengan marwah organisasi? apakah harus diberlakukan hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang?
Persoalan sesungguhnya adalah benarkah FIFA sudah merestui untuk mengacuhkan Statuta? nah inilah dia masalahnya, banyak kompasianer pro KPSI yang dalam artikel atau komentarnya mempersamakan arti INTERVENSI dengan MEMFASILITASI, mengapa FIFA dalam surat-suratnya kepada FIFA selalu menggunakan kata FASILITAS bukan Intervensi atau campur tangan?, itu tentu bukan kebetulan melainkan FIFA tidak mau mengangkangi STATUTA yang telah dibuat dengan biaya mahal dan susah payah.
Mari kita coba bedah apakah INTERVENSI dan FASILITASI itu memang memiliki defenisi yang sama :
- Intervensi dalam berbagai literatur didefenisikan campur tangan berlebihan, menurut hemat saya itulah alasan mengapa FIFA tidak mau menggunakan kata Intervensi dan bahkan melarang Intervensi pemerintah, karena betapa berbahayanya sepakbola suatu negara jikalau pemerintah yang menguasai setiap lini dalam suatu negara diberikan keleluasaan melakukan intervensi, sepakbola bisa jadi kehilangan arah karena terseret-seret dalam permainan politik, alih-alih menjadi alat persatuan yang ada malah menjadi sumber utama perpecahan.
- FASILITASI Memfasilitasi berasal dari kata bahasa Inggris "Facilitation" yang akar katanya berasal dari bahasa Latin "facilis" yang mempunyai arti "membuat sesuatu menjadi mudah". Dalam Oxford Dictionary disebutkan :"to render easier, to promote, to help forward; to free from difficulties and obstacles". Secara umum pengertian "facilitation" (fasilitasi) dapat diartikan sebagai suatu proses "mempermudah" sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang yang "mempermudah" disebut dengan "Fasilitator" (Pemandu).
dari dua defenisi diatas jelas perbedaan yang sangat tajam antara INTERVENSI dan FASILITASI, memfasilitasi tidak lebih dari upaya untuk memandu tanpa harus melakukan campur tangan berlebihan. Fasilitator sendiri harus memiliki nilai :
- Demokratis, memperlakukan pihak yang difasilitasi dalam posisi yang sama dengan mengedepankan taat aturan dan taat azas (dalam sepakbola acuannya pasti STATUTA FIFA dan PSSI)
- Tanggung Jawab, Sebagai fasilitator, bertanggungjawab terhadap rencana yang sudah dibuat, apa yang dilakukan, dan bagaimana hal ini membawa pengaruh positif terhadap pihak-pihak yang di fasilitasi
- Kerjasama : Fasilitator dan pihak yang difasilitasi bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Kejujuran : Fasilitator mewakili secara jujur nilai-nilai dirinya sendiri, perasaan, keprihatinan dan prioritas dalam bekerja bersama, dan tidak berusaha untuk berbuat terlalu jauh melampaui kemampuannya sendiri dalam peranan sebagai fasilitator.
Kesamaan Derajat : Fasilitator harus menyadari bahwa dia tidaklah lebih hebat dari pihak yang di fasilitasi, sehingga tumbuh sikap respek kepada semua pihak.
Menpora Roy Suro sangat menyadari dan mengerti dengan posisinya sebagai fasilitator sehingga dalam suatu kesempatan sebelum konprensi pers di Kemenpora beliau menyatakan bahwa "yang pasti kita akan berusaha maksimal tetapi jika kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat maka kita serahkan saja ke penilaian masyarakat" dari pernyataan itu Menpora tahu diri dengan tidak akan memaksakan kehendak dengan misalnya membekukan PSSI atau menurunkan Prof Djohar, Halim Mahfudz dan kawan-kawan.
Jadi alangkah lucunya jikalau ada pihak-pihak lain di kanal bola ini yang selalu menggaungkan untuk mengacuhkan STATUTA pihak dengan alibi bahwa FIFA sendiri telah mengijinkan pemerintah untuk melakukan intervensi, padahal dalam persuratan ataupun imbauan FIFA hanya mengatakan bahwa mengizinkan pemerintah untuk MEMFASILITASI saja.
Sebaiknya menulis dan komentar berdasarkan fakta apalagi menuduh melakukan pelintiran, padahal mungkin saja andalah yang secara tidak sadar melakukan pelintiran.
TEGAKKAN STATUTA DEMI SEPAKBOLA BERMARTABAT!!!
"Manado Berbintang"