Mohon tunggu...
Kasum Kasum
Kasum Kasum Mohon Tunggu... Guru - SMK Negeri 4 Kuningan

Suka tantangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

23 Februari 2023   13:03 Diperbarui: 23 Februari 2023   14:46 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi 

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Kasum, S.Pd.I

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

SMK Negeri 4 Kuningan

Setelah melalui proses dan berjuang mempelajari dan memaknai modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi ini, sebagai bentuk atas pemahaman terhadap materi yang dipelajari, saya membuat kesimpulan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.

           Pengertian pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  • Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  • Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  • Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
  • Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  • Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

           Memetakan kebutuhan belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu:

           1)  Kesiapan belajar murid (readiness);

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) tersebut adalah

  • Bersifat mendasar -- Bersifat transformative
  • Konkret - Abstrak.
  • Sederhana - Kompleks.
  • Terstruktur - Terbuka (Open Ended)
  • Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
  • Lambat - Cepat

             2)  Minat murid;

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:

  •  membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
  • mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
  • menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
  • meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
  • Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
  • menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb);
  • menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid;
  • mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, - menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

                3)  Profil belajar murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
  • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
  • Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
  • visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb);
  • auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
  • kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
  • Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika

Guru dapat mengetahui kebutuhan belajar murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui kebutuhan belajar murid:

  • mengamati perilaku murid-murid mereka;
  • mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
  • melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
  • mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
  • mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
  • bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
  • membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
  • berbicara dengan guru murid sebelumnya;
  • membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
  • menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
  • melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
  • mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka, dll.

Strategi-strategi diferensiasi: 

Ada 3 strategi diferensiasi yang dapat diintegrasikan dan diimplementasikan dalam pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, yaitu:

  • Diferensiasi Konten;

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap tingkat kesiapan, minat atau profil belajar murid yang berbeda atau terhadap kombinasi dari kesiapan, minat dan profil belajar murid

  • Diferensiasi Proses;

Ada banyak cara kita dapat melakukan diferensiasi proses, misalnya:

  • Kegiatan berjenjang, dimana semua murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama, tetapi dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan atau kompleksitas yang berbeda-beda;
  • Pertanyaan pemandu atau tantangan, yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat. Sudut-sudut minat yang kita siapkan di kelas ini, akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai sub materi yang terkait dengan topik yang sedang dipelajari yang menarik minat murid. Misalnya saat mempelajari jenis-jenis karangan, kita bisa meminta murid membuat karangan yang terkait dengan minat murid. Jika mereka memiliki minat dalam bidang olahraga, mereka boleh duduk di sudut olah raga, dimana mereka akan diberikan berbagai pertanyaan yang terkait dengan olah raga. Beberapa pertanyaan pemandu kemudian dapat kita berikan sesuai dengan level kemampuan murid;
  • Membuat agenda individual untuk murid, misalnya daftar tugas yang berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas dan pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika mereka telah selesai mengisi pekerjaan umum, maka mereka dapat melihat agenda invidual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka;
  • Memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas untuk memberikan dukungan tambahan bagi murid-murid yang kesulitan atau sebaliknya mendorong murid cepat untuk mengejar topic secara lebih mendalam;
  • Mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar visual, auditori dan kinestetik;
  • Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat.
  • Diferensiasi Produk.

Ketika kita berbicara diferensiasi produk, maka kita akan memikirkan tentang tagihan apa yang kita harapkan dari murid. Produk ini adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan oleh murid kepada kita. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya, misalnya bisa berbentuk karangan atau tulisan, hasil tes, pertunjukan, prsentasi, pidato, rekaman, diagram dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapakn.

Bagaimana cara mendiferensiasi produk? Pada dasarnya mendefernsiasi produk meliputi 2 hal, yaitu:

  • Memberikan tantangan dan keragaman/variasi;
  • Memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

Peran penting Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. Penilaian, dalam hal ini akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi.

Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

  • Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment);
  • Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif;
  • Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Mengapa? Berbeda dengan penilaian sumatif yang biasanya dilakukan setelah sebuah unit atau proses pembelajaran selesai -- sehingga biasanya hasilnya digunakan untuk membuat keputusan tentang sang anak, misalnya untuk memutuskan nilai rapor anak, kenaikan kelas, dsb -- maka penilaian formatif dilakukan saat proses pembelajaran masih berlangsung. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari.

Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut.

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas

Guru dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Menelaah Capaian Pembelajaran dan menurunkannya ke dalam Alur Tujuan Pembelajaran yang memuat point-point Tujuan Pembelajaran;
  • Melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan murid sebagai bahan informasi untuk merancang pembelajaran sesuai kebutuhan belajar murid;
  • Merancang pembelajaran dengan mempertimbangkan 3 aspek kesiapan belajar murid (kesiapan belajar, minat murid dan profil belajar murid);
  • Pembelajaran dilakukan dengan enerapkan strategi diferensiasi konten, proses dan produk;
  • Menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan semangat pemelajar;
  • Melakukan penilaian yang bervariatif sesuai kebutuhan dan berkelanjutan untuk bahan dan rencana tindak lanjut pembelajaran berikutnya.
  1. Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal.

Mengadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, ada 7 alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi dapat berhasil:

  • Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif.

Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid;

  • Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.

Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.

  • Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian.

Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya.

  • Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.

Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten --- masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses --- bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk --- keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.

  • Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid.

Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama relevannya, dan sama menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya --- dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain;

  • Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.

Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk misalnya, membangun pemahaman bersama, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan melakukan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan) individu atau kelompok kecil;

  • Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.

Di setiap ruang kelas yang berbeda-beda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama menjadi pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.

Bagaimana kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain yang sudah dipelajari sebelumnya di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Keterkaitan modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi dengan modul yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu modul 1.1 Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara; modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak; modul 1.3 Visi Guru Penggerak; dan modul 1.4 Budaya Positif, adalah:

Modul 1.1 Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Keterkaitanya dengan modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru dalam menuntun tumbuh kembangnya kekuatan kodrat yang ada pada murid.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak 

Salah satu nilai guru penggerak adalah berpihak pada murid dan peran guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait dengan kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat maksimal dari belajar? Guru Penggerak berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish).

Keterkaitanya dengan modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran berdifereniasi sangat relevan dengan nilai keberpihakan kepada murid dan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Inkuiri Apresiatif (IA) salah satu model manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan berdasarkan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid.

Keterkaitanya dengan modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran berdiferensiasi akan memperkuat filosofi dan visi guru penggerak yang berpusat kepada murid

Modul 1.4 Budaya Positif

Budaya positif merupakan pembiasan dalam mengamalkan nilai-nilai kebajikan universal yang di sepakati bersama dalam sebuah komunitas tertentu.

Keterkaitanya dengan modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, pembelajaran diferensiasi merupakan implementasi budaya positif yang dibangun di dalam maupun di luar kelas/sekolah sesuai dengan pofil pelajar Pancasila.


Terimakasih

Salam sehat dan bahagia

Sumber rujukan: 

Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara; Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Modul 1.3 Visi Guru Penggerak; Modul 1.4 Budaya Positif dan Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, Program Guru Penggerak Angkatan 7


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun