Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UGM
KASTRAT BEM FEB UGM Mohon Tunggu... Penulis - Kabinet Harmoni Karya

Akun Resmi Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kompleksitas Pemberlakuan Kebijakan dalam Menghadapi Uncertainty pada Masa Pandemi

12 Agustus 2020   23:15 Diperbarui: 13 Agustus 2020   00:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perspektif yang jarang dibahas (Quantitative Easing Vs Credit Easing)

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh bank sentral untuk menstimulasi perekonomian. Contohnya dengan meningkatkan uang yang dipegang oleh perbankan dengan harapan dapat menurunkan biaya untuk meminjam uang (konsep dasar permintaan dan penawaran bisa gunakan, dalam hal ini investor dan konsumen adalah peminta pinjaman dari dana pinjaman yang ditawarkan oleh perbankan). 

Pada umumnya, jika bank sentral ingin menstimulasi perekonomian, mereka akan mengumumkan bahwa suku bunga acuan (suku bunga yang diarahkan arah geraknya, dalam hal ini saat suku bunga acuan diturunkan, diharapkan biaya peminjaman investor pada bank turun) akan diturunkan.

Singkatnya, quantitative easing merupakan penambahan jumlah uang yang dipegang oleh perbankan yang diakibatkan oleh operasi pasar terbuka oleh bank sentral. Menurut Mishkin (2016), hanya karena sudah meningkatnya jumlah uang yang dipegang oleh perbankan, bukan berarti sudah pasti terjadi credit easing. 

Credit easing yang dimaksud dalam konteks ini adalah pertambahan peminjaman uang oleh investor dan konsumen. Hal ini tentunya dikarenakan belum pulihnya kepercayaan diri masyarakat dari keberadaan uncertainty. Lebih lanjut, hal tersebut belum tentu mengakibatkan pertambahan peminjaman uang dan investasi. Padahal, tujuan utama dari quantitative easing adalah menstimulasi perekonomian dengan meringankan biaya investasi.

Jika memang kepercayaan diri dari masyarakat rendah. Maka, tentunya hal ini akan memperburuk keadaan. Investor pun tanpa pikir panjang akan langsung memutuskan untuk menunda investasi. Bila dilihat lebih dalam lagi, meskipun investor merasa percaya diri perekonomian akan membaik, kegiatan investasi seperti pembangunan pabrik baru akan tetap sulit dilakukan pada masa seperti ini, apalagi jika masa transisi tidak dilakukan.

Menilik problematika yang telah dibahas, kita melihat betapa kompleksnya penentuan maupun dampak dari kebijakan yang diberlakukan di Indonesia. Apalagi mengenai kabar vaksin COVID-19 yang kunjung belum muncul. Masyarakat juga tidak bisa disalahkan jika tidak memiliki confidence yang cukup. 

Hal yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang memperburuk kepercayaan pasar, contohnya dengan tidak menyebar pesan kebencian. Belum lagi tindakan saling ejek dan merendahkan baik oleh masyarakat maupun pejabat yang seyogyanya berasal dari sifat kesombongan dan merasa benar sendiri.

"Jika manusia berbuat sesuka hati, maka perlu diragukan kepemilikan jiwa mereka. Karena berbuat sesuka hati adalah bagian dari insting primitif dalam diri manusia, salah satu kondisi atau sentimen purba yang tak terpisahkan dan turut membentuk karakter seorang manusia." Edgar Allan Poe (2015)

Lagi pula saling mengejek dan menyerang tidak akan membuahkan hasil positif. Apa yang didapat hanyalah rasa benci yang semakin menguasai diri. Semoga baik masyarakat dan pembuat kebijakan lebih bijak dalam bertingkah laku agar demi kebaikan bangsa dan negara Indonesia.

Referensi:
Akerlof, George A., and Robert J. Shiller. 2009. Animal Spirits: How Human Psychology Drives the Economy, and Why It Matters for Global Capitalism. Fourth Printing edition. Princeton: Princeton University Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun