Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UGM
KASTRAT BEM FEB UGM Mohon Tunggu... Penulis - Kabinet Harmoni Karya

Akun Resmi Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kopi Indonesia: Dari Budaya Ngopi Menjadi Bisnis "Go International"

15 Juli 2019   08:55 Diperbarui: 15 Juli 2019   09:20 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kastratpedia#10 oleh Jonathan Farez S. (Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB 2019/Ilmu Ekonomi 2017)

Tantangan terbesar dalam memperkuat komoditas kopi Indonesia adalah kualitas. 'Arabica WIB/robusta OIB, not roasted, not decaffeinated' merupakan jenis kopi dengan kontribusi ekspor terbesar bagi Indonesia pada 2017, yaitu sebesar 97,10 persen. Jenis kopi ini memiliki rata-rata nilai ekspor sejumlah US$2.543,95/ton. 

Di sisi lain, jenis kopi lainnya tanpa proses roasting dan not decaffeinated memiliki rata-rata nilai ekspor senilai US$2.014,21/ton. Apabila dibandingkan dengan jenis 'Coffee, roasted, not decaffeinated, ground' dengan total ekspor sebesar 2.940 ton, kelompok ini memiliki rata-rata nilai ekspor US$3.074/ton. 

Artinya, biji kopi yang melalui proses roasting memiliki nilai yang lebih tinggi sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor kopi Indonesia. Pemerintah perlu mendorong petani kopi untuk menghasilkan kopi dengan kualitas yang lebih unggul.

Dari sisi konsumsi kopi selama periode 2016-2017, International Coffee Organization (2018) menyebutkan Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia, mencapai 4,6 juta dalam kemasan 60 kg. 

Indonesia setingkat dengan Rusia dan berada di bawah gabungan negara-negara Eropa (Uni Eropa) yang mengonsumsi kopi sebanyak 42,6 juta dalam kemasan 60 kg, Amerika Serikat (25,8 juta), Brazil (21,2 juta), dan Jepang (7,9 juta). Data di atas seakan menunjukkan masyarakat Indonesia sangat menyukai kopi. 

Namun, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS, tingkat konsumsi kopi per kapita Indonesia sangatlah rendah, yaitu 0,871kg/kapita/tahun pada tahun 2016. 

Tingkat konsumsi kopi per kapita Indonesia menurun sebesar 32,93% dari tingkat konsumsi kopi per kapita Indonesia tahun 2002 yang berjumlah 1,29 kg/kapita/tahun. Berikut ini adalah negara-negara dengan tingkat konsumsi kopi per kapita tertinggi di dunia menurut WorldAtlas (2018).

Sumber: Diolah dari WorldAtlas (2018)               
        googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
Sumber: Diolah dari WorldAtlas (2018) googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
Potensi kopi di Indonesia sangatlah besar. Gerai-gerai kopi yang menjamur di Indonesia dengan berbagai keunikan tersendiri dan harga yang variatif menjadi salah satu kunci dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif Indonesia. Progresifnya pertumbuhan gerai kopi menjadikan barista dipandang bukan hanya sebagai profesi, melainkan sebagai hobi. 

Pendanaan terhadap Kopi Kenangan dan Fore Coffee merupakan tonggak sejarah baru dalam bisnis kopi di Indonesia. Bisnis kecil yang dapat mendunia dengan kopi sebagai tokoh utama. Lalu, apakah masyarakat Indonesia akan semakin menyukai minum kopi? Entahlah. 

Di antara banyaknya jenis dan keunikan kopi di Indonesia, es kopi susu menjadi jenis minuman yang mayoritas dijual di berbagai gerai kopi. Mengapa? Es kopi susu selalu menjadi filosofi unik, manis dan sederhana.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun