Mohon tunggu...
Wartakastrat
Wartakastrat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kastrat

Dalam upaya publikasi atau ekspansi informasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) membentuk suatu fungsi yang bernama Wartakastrat. Fungsi ini bergerak dalam bidang penulisan artikel atau kajian populer yang dipublikasikan melalui media berita online.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Stigma ke Empati: Meningkatkan Pemahaman Kesehatan Mental di Indonesia

26 Agustus 2023   14:15 Diperbarui: 26 Agustus 2023   14:18 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental adalah kondisi psikologis dan emosional seseorang yang mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari (WHO, 2018). Kesehatan mental yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, hubungan sosial, dan kesejahteraan seseorang. Sebaliknya, kesehatan mental yang buruk dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi, ansietas, skizofrenia, bipolar, dan lain-lain. Gangguan mental adalah sindrom yang ditandai oleh gangguan pada fungsi kognitif, afektif, atau perilaku seseorang yang mengganggu fungsi normal atau keseimbangan internal (WHO, 2018).

Salah satu tantangan dalam menangani masalah kesehatan mental di Indonesia adalah stigma sosial yang melekat pada orang dengan gangguan mental. Stigma adalah sikap negatif atau prasangka terhadap kelompok tertentu yang berbeda dari norma sosial (Angga et al, 2023). Stigma dapat menyebabkan diskriminasi, penolakan, pengucilan, penghinaan, dan kekerasan terhadap orang dengan gangguan mental. Stigma juga dapat menghambat akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas dan memperburuk kondisi psikologis orang dengan gangguan mental. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman kesehatan mental di Indonesia. Pemahaman kesehatan mental adalah pengetahuan dan kesadaran tentang konsep, faktor-faktor, dampak, dan cara penanganan masalah kesehatan mental.

Tingkat pemahaman mengenai kesehatan mental berhubungan dengan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Pemahaman kesehatan mental dapat membantu masyarakat menyadari bahwa kesehatan mental adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Kesejahteraan adalah kondisi dimana masyarakat memiliki kebutuhan dasar yang terpenuhi dan hidup dengan bahagia. Kesehatan mental yang baik dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, inovasi, kolaborasi, dan efisiensi kerja. Sebaliknya, kesehatan mental yang buruk dapat menurunkan produktivitas dan menimbulkan biaya sosial dan ekonomi yang besar. Kerugian ekonomi global secara langsung dan tidak langsung akibat gangguan mental diperkirakan US$2,5 triliun dengan biaya tidak langsung (US$1,7 triliun) yang jauh lebih tinggi daripada biaya langsung (US$0,8 triliun) (Gustavsson et al, 2011).

Dalam peningkatan pemahaman kesehatan mental di Indonesia, diperlukan strategi yang komprehensif dan kolaboratif. Strategi ini harus melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan masalah kesehatan mental, seperti pemerintah, penyedia layanan kesehatan, organisasi, masyarakat sipil, media massa, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, keluarga, dan orang dengan gangguan mental sendiri. Strategi ini harus berbasis pada bukti ilmiah, hak asasi manusia, dan budaya lokal. Beberapa contoh strategi yang dapat dilakukan, seperti edukasi kesehatan mental, melakukan advokasi kesehatan mental (mengubah atau menyesuaikan kebijakan dan praktik yang berkaitan), melakukan kampanye soasial tentang kesehatan mental, melakukan dukungan atau bantuan kepada seseorang yang memiliki gangguan mental, dan kolaborasi lintas sektor tentang kesehatan mental (Corrigan et al., 2012; Davidson et al., 2012; Jorm et al., 2010; WHO, 2010).

Referensi:

  • Angga Wilandika, Nina Gartika, Salami Salami. (2023) Social Stigma Against Individuals with COVID-19: Scale Development and Validation. Health Psychology and Behavioral Medicine.
  • Corrigan PW, Morris SB, Michaels PJ et al. (2012). Challenging the public stigma of mental illness: a meta-analysis of outcome studies. Psychiatric Services 63(10): 963--973.
  • Davidson L, Bellamy C, Guy K et al. (2012). Peer support among persons with severe mental illnesses: a review of evidence and experience. World Psychiatry 11(2): 123--128.
  • Gustavsson A, Svensson M, Jacobi F, Allgulander C, Alonso J, Beghi E, Dodel R, Ekman M, Faravelli C, Fratiglioni L et al. (2011). Cost of disorders of the brain in Europe 2010.
  • Jorm AF, Reavley NJ, Ross AM et al. (2010). Public education initiatives to improve mental health literacy in Australia. In: Thornicroft G, Szmukler G, Mueser KT et al. (eds) Oxford Textbook of Community Mental Health. Oxford: Oxford University Press, pp. 481--489.
  • WHO (World Health Organization). (2010). Mental Health and Development: Targeting People with Mental Health Conditions as a Vulnerable Group. Geneva: WHO.
  • WHO (World Health Organization). (2018). Mental Health Atlas 2017. Geneva: WHO.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun