Gig economy merupakan sebuah terobosan baru dalam pasar tenaga kerja. Dengan menawarkan alternatif pekerjaan yang lebih fleksibel, para pekerjanya memiliki kesempatan untuk memiliki hubungan kerja baru dengan para pemberi kerjanya. Peluang untuk dapat melakukan pekerjaan tanpa harus dikekang dalam borgol peraturan "saklek" pekerjaan penuh waktu menjadi salah satu alasan mengapa sektor ini begitu digandrungi masyarakat.
Jumat (15/9/2023), Tim Kajian Departemen Kastrat BEM FEB UNAIR berdiskusi langsung bersama Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE. Pengamat Ekonomi Ketenagakerjaan sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga untuk mengupas tuntas lebih dalam mengenai gig economy.
Peran Gig Economy dalam Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Miguel menyebutkan bahwa gig economy di negara berkembang sangatlah berbeda dengan apa yang terjadi di negara maju. Negara berkembang cenderung memiliki banyak sektor pekerjaan informal. Untuk itu, gig economy akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia dengan cara memberi kesempatan bagi para pekerja gig untuk memiliki lebih dari satu pekerjaan. Masyarakat akan memiliki sumber pendapatan baru yang akan menunjang aktivitas sehari-hari mereka.
Selain itu, gig economy mampu membuat pasar tenaga kerja menjadi lebih fleksibel. Dalam hal ini, pekerja akan lebih mudah melakukan transisi pekerjaan. Perusahaan-perusahaan pemberi kerja juga diuntungkan dalam skema ini karena mereka akan mampu melakukan banyak eksperimen dan eksplorasi pada aktivitas bisnis mereka.
"Gig Economy mampu memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Miguel.
Dampak Gig Economy terhadap Peningkatan Lapangan Pekerjaan
Kemunculan gig economy memicu banyaknya penciptaan lapangan kerja. Di Indonesia, utamanya, apabila mendengar istilah gig economy, jenis pekerjaan yang umum dikenal adalah pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan low skill, seperti pengemudi ojek online. Namun, sebenarnya ada jenis pekerjaan gig economy lainnya yang membutuhkan kualitas pekerjaan high skill, seperti arsitek, konsultan hukum, IT developer, dan lain sebagainya, yang membutuhkan skill khusus bagi para pekerjanya untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
Realitanya, masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak tertarik dengan tawaran pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan startup, seperti Gojek, Grab, Maxim, dan lain-lain. Jenis pekerjaan ini lebih mudah untuk diakses karena calon pekerjanya tidak membutuhkan skill signifikan untuk dapat memenuhi kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Hal ini membuat tawaran lapangan kerja semakin bertumbuh masif dan inklusif.
Tantangan Terbesar yang Dihadapi Pekerja Gig Economy
Miguel membuka pernyataannya dengan kalimat, "Sebagian besar pekerja gig mengutamakan fleksibilitas."