Sudah hampir duatahun sudah seorang pemuda perantau tinggal di Negeri Orang dan dalam masa itupula agaknya pemuda itu meneguk manisnya madu pendidikan. Seorang pemuda perantau yang berangkat dari Desa untuk belajar banyak tentang ilmu, hanya bermodalkan keinginan, tekad yang bulad, harapan yang banyak, mimpi yang ingin dijadikan kenyataan, bersama do’a yang selalu menyertai setiap pengusahaan.
Setelah duatahun pula dia kehilangan semangat dan jiwa penghidupannya. Menghirup udara, menatap keindahan dunia dan melangkah seakan-akan tak bermakna. Semua terasa kosong, hilang tak bearti. Ilmu yang diberikan bagaikan sebuah sodoran makanan di dalam sendok yang akan disuapkan oleh para pengajar kepadanya hanya ditelan tampa di kunyah dimulutnya.
Setelah beberapa bulan belakangan ini, jiwa penghidupannya terbangun, semangat menjalani hari menggebu. Setelah dia mengenal seorang gadis yang bersahaja dengan keindahan wajahnya, cantik rupanya dengan sebuah jilbab yang tak hilang dimakan masa. Sifat baik, budi yang luhur dan kegembiraan selalu ia gambarkan dalam menjalani harinya. Seakan-akan hidup jauh dari beban, penderitaan dan masalah kehidupan. Siapa sosok laki-laki yang tak jatuh cinta akannya. Begitu juga dengan seorang pemuda perantauan ini.
Sebuah perkenalan membuah kedekatan penyambung silaturrahim yang baik. Agaknya seorang gadis itu telah berhasil menyusup kedinding hati seorang pemuda. Pemuda yang perlu akan bimbingan, kasihsayang dan kesetiaan. Pintu hati pemuda rantau itu membuka lebar untuk seorang gadis yang baru ia kenal. Sejak perkenalan itu, pemuda itu meraih kehidupannya kembali.
Kedekatan, kebersamaan dan kenyamanan selalu mereka gambarkan dalam setiap pertemuan, agaknya kedua insan telah menaruh hati satu sama lain.
Suatu hari Pemuda rantau itu duduk disebuah sungai kecil di tengah-tengah hutan menikmati indah sungai mengalir melantunkan lagu kebahagiaan seakan ia merasakan kebahagia pemuda itu, ternyata pikiran pemuda itu melayang-layang dan bertanya akan dirinya “Pantaskan sosok seorang gadis yang cantik dan luhur akan hatinya menjadi seorang kekasih buat pengisi kekosongan hatinya?”.Rasa tak pantas membuat ia hilang akan impian besar bersama gadis tersebut. Tapi, hatinya berperang antara ia ingin memiliki seorang gadis menjadi kekasihnya atau seorang sahabat selamanya.
Ketakutan gadis itu meninggalkannya hingga ia memberanikan diri untuk memantaskan diri depan sosok seseorang yang ia kagumi. Ia beranikan dirinya untuk berkata jujur dengan gadis tersebut. Gemetar hatinya dan jantung berdebar seakan ia menghadapi sesuatu yang menakutkan dan mencekam. Dengan ponsel sebagai modal awal ia memulai kata.“Salahkan bila ku berharap banyak padamu”. Begitu kata yang akan ia kirimkan dengan seorang gadis yang ia cintai. Ketika ia ingin mengirimkan kata-kata itu, meskipun sangat singkat, padat dan memiliki arti yang mendalam. Pemuda itu memejamkan kedua matanya dan berbunyi nada ponselnya bahwa pesan telah terkirim. Rasa tak karuan, penyesalan mulai timbul, kenapa ia melakukan hal itu. Hatinya tak satu arah dan satu pemikiran. Penyesalan dan keberuntungan menjadi satu rangkap dan mendekap didalam hatinya. Akan apa jawaban yang akan dibalas oleh gadis tersebut. Was-was sudah, hanya kepasrahan yang pemuda itu lakukan. Apapun yang terjadi dia harus siap menerima kenyataan.
“Gimana jika besok kiranya kita bisa bertemu, kita akan bicarakan hal ini, karena di dalam sms ini tidak enak untuk megutarakan”. Begitulah balasan yang dikirimkan oleh wanita pujaan hatinya. Hatinya semakin takut, kalau-kalau gadis itu merasa kecewa akan dirinya. Dia termenung diatas dipan tempat ia menindihkan seluruh badannya untuk istirahat malam ini.
***
Esok harinya dengan berbekal hati yang tebal siap menerima apa yang akan terjadi, airmata atau kegembiraan yang akan ia terima. Berangkat dengan hati yang tulus dan ingin mendengar jawaban dari bibir gadis tersebut.
Agaknya wanita tersebut telah menanti kehadirannya, ia mendekat tak sepatah katapun yang berucap dari bibirnya. Harus dari mana ia akan memulai pembicaraan ini, gadis itu hanya memberikan senyuman yang tak pernah sirna dari wajahnya. “Gimana jawaban SMS saya tadi malam”. Itulah ucapan dari seorang pemuda yang sudah hilang semua kata-kata didepan wanita yang ia cintai. Pemuda itu tak pernah mengulang kembali kata-katanya didalam SMS yang ia kirim tadi malam. “Iya, Aku mau”. Itulah ucapan gadis tersebut. Kata-kata yang satu jengkal tapi, membuat orang disampingnya bahagia. Pemuda itu merasa dirinya sangat beruntung mendapat gadis tempat ia menggantungkan pengharapan akan hidup yang selama ini ia cari.
Sekarang pemuda perantauan itu tak lagi merasa dirinya kesepian karena ada sosok wanita disampingnya. Angan-angannya begitu tinggi, cita-cita begitu dalam ingin rasanya hubungan ini akan selalu bersemi hingga mencapai hubungan yang hakiki yaitu tali pernikahan. Sebulan, duabulan berlalu semuanya baik-baik saja, banyak kebahagiaan yang mereka semaikan dikehidupan mereka. Pemuda ini merasa dirinya telah terlengkapi dan hidup tak pernah direnggut akan kehilangan dan kemalangan. Bulan ke-3 hubungan mulai terasa ambar olehnya, keberuntungan sudah terasa menjauh dan hatinya merasa telah jauh dari hati wanita yang menjadi kekasihnya. Pemuda perantauan ini ingin agaknya tetap memegang teguh tali hubungan ini. tapi, kemalangan telah diambang mata pemuda ini. kebahagian yang ia susun dengan rapi berulamkan kebun bunga dan keindahan dunia kini telah sirna, “Hujan sehari menghapus kemarau setahun”. Dengan beberapa menit saja semua berbalik, seluruh pengharapan, angan dan cita-cinta ditelan oleh ombak yang berdebu. Ketika tulisan cinta yang telah diukir selama ini di pantai kebahagian kini hilang oleh ombak yang datang dan tak bertanggung jawab akan hal ini. seakan-akan ombak itu tak merasa berdosa dan bersalah karena telah merenggut kebahagiaan orang lain. Kepada siapa aku akan meminta pertanggung jawaban hanya ratapan kecil dimalam hari mengenang kemalangan diri.
Tak taukah? Gadis itu hati seorang pemuda yang tulus dan suci akan cinta padanya. ada separuh jiwa pemuda itu mendekam dalam diri gadis cantik tersebut. Kini jiwa pemuda tersebut hilang, jiwanya separuh. Akan gimana ia akan menjalani harinya. Tetesan air mata telah menjadi lautan tak mampu membuahkan perubahan. Tapi siapa sangka pemuda ini masih tetap mengharap gadis yang telah meninggalkannya dalam kemalangan. Kehilangan seorang gadis yang ia cintai seakan ia kehilangan permata. Kini ia berusaha untuk bangkit dari kejatuhan dan kemalangan akan dirinya. Banyak saran dan pendapat yang ia kecam dari sahabatnya tapi, tak satupun ia indahi. Seorang wanita begitu tega membunuh separuh dari jiwanya. Sekarang ia seperti orang yang tersenyum muka tapi, hatinya meratap kesedihan, Bahagia kelihatannya tapi, menderita batinnya, semua ia lakukan seperti sandiwara dan fiktif belaka. Luluh-lantah, hancur berdebur dan terbakar hingga meninggalkan kenangan yang manis dimasanya dan pahit saat ia menatap sekarang. Semua tinggal kenangan yang telah berujung perpisahan.
Jika seorang gadis itu benar-benar tulus mencintainya maka hati laki-laki perantauan itu pantas buatnya untuk menggantungakn pengharapannya. Tapi, apabila kegantengan wajah, rupa dan keadaan yang baik serta kemewahan maka pasti gadis tersebut tak pernah dapati bersamanya. Karena kutulusan, keihklasan dan kebaikan hatinya itulah kelebihan dari pemuda perantau itu.
Sampai kapanpun hingga roh pemuda ini berpisah dari jasadnya maka cintanya takkan pernah hilang dan selalu bersemi bersama separuh jiwanya. meskipun hidup tak memiliki kekuatan, tapi tetap bertahan menandakan kebesaran seorang laki-laki yang kuat. Akan dia rajam hatinya untuk mengalahkan rasa cinta yang mendekam didalam jiwa dan hatinya. Jika nanti pemuda perantau itu pergi dari hidup seorang gadis yang ia cintai selamanya. Maka sudilah kiranya gadis tersebut menyertai do’a akan dirinya meskipun do’a itu hanya untuk seorang sahabat.
Percayalah nama gadis itu akan dia bawa kemana dia akan pergi dan dimana dia akan ditempati. Jika rasa cinta ini tak lagi milik seorang gadis yang ia puja tentu pemuda ini akan menelan dengan sendirinya pil pahit kehidupan. Pengharapan sudah tak ada lagi, sinar penuntun telah meninggalkannya dalam kegelapan. Mutiaranya telah hilang, hilang berpindah ketangan orang lain. Cinta pemuda ini bukan cinta akan nafsu tapi, cinta akan kehormatan terhadap wanita. Bukan hanya “kenyamanan” yang pernah gadis itu katakan padanya yang hanya penghias bibir basah ketika berucap dan hilang kata-katanya ketika bibirnya kering akan hembusan angin.
Kasihsayangnya pemuda ini tak akan lapuk akan hujan takkan hilang dimakan masa terus mengalir di dalam darahnya. Sulit jika wanita itu mencari laki-laki yang sepadan dengannya. Tapi, sudah suratan takdir penderitaan didalam percintaan yang harus ia hadapi. Pemuda ini adalah pemain cinta yang malang. Pemuda ini benar-benar tak bisa melupakan sosok wanita yang pernah mendiami hatinya. Meskipun sekuat tenaga ia melupakan dengan pergi mencari suasana yang menyenangkan agaknya berharap wanita itu hilang dalam pandangan dan pemikiran. Namun, semua pandangannya dan penglihatannya hanya membayang akan senyuman yang terus terukir indah di raut wajah sosok gadis pujaanya. Pemandangan yang indah tak dapat menghiburnya, angin berhembus tak mampu membujuk hatinya dan air yang mengalir tak mampu mengembalikan kegembiraannya.
Kemana lagi ia mencari pengharapan hidupnya, didalam akhir sholat ia selalu berdo’a semoga wanita yang ia harapkan kembali padanya dan tumbuh bersamanya. Malang benar nasib kau pemuda rantau. Akankah ada orang yang mengasihimu, mencintaimu, mau berbagi kasihsayang padamu yang membuka hatinya tempat engkau gantungkan lagi pengharapan yang telah mati akan wanita.
Mungkin wanita yang telah menghancur pengharapannya kini tertawa dan bahagia bersama kekasih pilihannya. Pemuda perantau cuma bisa berdo’a semoga kebahagian selalu menyertai gadis yang ia cinta.
Semoga nasib malang dan pemain kemalangan cinta ini hanya akan terjadi pada dirinya dan takkan pernah terjadi pada orang lain, biar saja ia yang merasakan sakit, pilu, kecewa dan penderitaan akan perjalanan cinta.
Sekarang pemuda perantau ini telah hilang arti dan hakikat cinta sebenarnya. Yang mana hakekat cinta sebenarnya, membangun bukan meruntun, berdiri tegap bukan jatuh dan tak berdaya, bukan sakit tapi bahagia, bukan tangis tapi kesenangan, bukan menghilang tapi, membangun akan harapan itu. Cinta memberi respon positif dalam kehidupan. Semoga cinta yang pemuda perantau rasakan ini merupakan cinta respon negative yang akan dikuburknya dalam hati dan takkan di cerita kepada orang lain selain orang yang telah membaca coletehan hati ini. karena pemuda perantau itu khawatir semua orang takut mendekati yang namanya cinta.
Sekarang ia hanya berdiri diatas semua kenangan yang tak pernah sirna dalam ingatannya, meskipun terkadang masa lalunya sering membuat ia meneteskan air mata. Namun ia tak peduli karena semuanya telah terbiasa dan bukan lagi hal yang luar biasa tapi merupakan hal yang biasa bagi hidupnya.
Hikmah didalam cerita ini adalah :
- Jangan pernah gantung harapanmu terlalu banyak dengan manusia karena ia akan mengecewakan.
- jika kita memiliki niat yang baik maka bungkuslah dengan kebaikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H