Sekarang pemuda perantauan itu tak lagi merasa dirinya kesepian karena ada sosok wanita disampingnya. Angan-angannya begitu tinggi, cita-cita begitu dalam ingin rasanya hubungan ini akan selalu bersemi hingga mencapai hubungan yang hakiki yaitu tali pernikahan. Sebulan, duabulan berlalu semuanya baik-baik saja, banyak kebahagiaan yang mereka semaikan dikehidupan mereka. Pemuda ini merasa dirinya telah terlengkapi dan hidup tak pernah direnggut akan kehilangan dan kemalangan. Bulan ke-3 hubungan mulai terasa ambar olehnya, keberuntungan sudah terasa menjauh dan hatinya merasa telah jauh dari hati wanita yang menjadi kekasihnya. Pemuda perantauan ini ingin agaknya tetap memegang teguh tali hubungan ini. tapi, kemalangan telah diambang mata pemuda ini. kebahagian yang ia susun dengan rapi berulamkan kebun bunga dan keindahan dunia kini telah sirna, “Hujan sehari menghapus kemarau setahun”. Dengan beberapa menit saja semua berbalik, seluruh pengharapan, angan dan cita-cinta ditelan oleh ombak yang berdebu. Ketika tulisan cinta yang telah diukir selama ini di pantai kebahagian kini hilang oleh ombak yang datang dan tak bertanggung jawab akan hal ini. seakan-akan ombak itu tak merasa berdosa dan bersalah karena telah merenggut kebahagiaan orang lain. Kepada siapa aku akan meminta pertanggung jawaban hanya ratapan kecil dimalam hari mengenang kemalangan diri.
Tak taukah? Gadis itu hati seorang pemuda yang tulus dan suci akan cinta padanya. ada separuh jiwa pemuda itu mendekam dalam diri gadis cantik tersebut. Kini jiwa pemuda tersebut hilang, jiwanya separuh. Akan gimana ia akan menjalani harinya. Tetesan air mata telah menjadi lautan tak mampu membuahkan perubahan. Tapi siapa sangka pemuda ini masih tetap mengharap gadis yang telah meninggalkannya dalam kemalangan. Kehilangan seorang gadis yang ia cintai seakan ia kehilangan permata. Kini ia berusaha untuk bangkit dari kejatuhan dan kemalangan akan dirinya. Banyak saran dan pendapat yang ia kecam dari sahabatnya tapi, tak satupun ia indahi. Seorang wanita begitu tega membunuh separuh dari jiwanya. Sekarang ia seperti orang yang tersenyum muka tapi, hatinya meratap kesedihan, Bahagia kelihatannya tapi, menderita batinnya, semua ia lakukan seperti sandiwara dan fiktif belaka. Luluh-lantah, hancur berdebur dan terbakar hingga meninggalkan kenangan yang manis dimasanya dan pahit saat ia menatap sekarang. Semua tinggal kenangan yang telah berujung perpisahan.
Jika seorang gadis itu benar-benar tulus mencintainya maka hati laki-laki perantauan itu pantas buatnya untuk menggantungakn pengharapannya. Tapi, apabila kegantengan wajah, rupa dan keadaan yang baik serta kemewahan maka pasti gadis tersebut tak pernah dapati bersamanya. Karena kutulusan, keihklasan dan kebaikan hatinya itulah kelebihan dari pemuda perantau itu.
Sampai kapanpun hingga roh pemuda ini berpisah dari jasadnya maka cintanya takkan pernah hilang dan selalu bersemi bersama separuh jiwanya. meskipun hidup tak memiliki kekuatan, tapi tetap bertahan menandakan kebesaran seorang laki-laki yang kuat. Akan dia rajam hatinya untuk mengalahkan rasa cinta yang mendekam didalam jiwa dan hatinya. Jika nanti pemuda perantau itu pergi dari hidup seorang gadis yang ia cintai selamanya. Maka sudilah kiranya gadis tersebut menyertai do’a akan dirinya meskipun do’a itu hanya untuk seorang sahabat.
Percayalah nama gadis itu akan dia bawa kemana dia akan pergi dan dimana dia akan ditempati. Jika rasa cinta ini tak lagi milik seorang gadis yang ia puja tentu pemuda ini akan menelan dengan sendirinya pil pahit kehidupan. Pengharapan sudah tak ada lagi, sinar penuntun telah meninggalkannya dalam kegelapan. Mutiaranya telah hilang, hilang berpindah ketangan orang lain. Cinta pemuda ini bukan cinta akan nafsu tapi, cinta akan kehormatan terhadap wanita. Bukan hanya “kenyamanan” yang pernah gadis itu katakan padanya yang hanya penghias bibir basah ketika berucap dan hilang kata-katanya ketika bibirnya kering akan hembusan angin.
Kasihsayangnya pemuda ini tak akan lapuk akan hujan takkan hilang dimakan masa terus mengalir di dalam darahnya. Sulit jika wanita itu mencari laki-laki yang sepadan dengannya. Tapi, sudah suratan takdir penderitaan didalam percintaan yang harus ia hadapi. Pemuda ini adalah pemain cinta yang malang. Pemuda ini benar-benar tak bisa melupakan sosok wanita yang pernah mendiami hatinya. Meskipun sekuat tenaga ia melupakan dengan pergi mencari suasana yang menyenangkan agaknya berharap wanita itu hilang dalam pandangan dan pemikiran. Namun, semua pandangannya dan penglihatannya hanya membayang akan senyuman yang terus terukir indah di raut wajah sosok gadis pujaanya. Pemandangan yang indah tak dapat menghiburnya, angin berhembus tak mampu membujuk hatinya dan air yang mengalir tak mampu mengembalikan kegembiraannya.
Kemana lagi ia mencari pengharapan hidupnya, didalam akhir sholat ia selalu berdo’a semoga wanita yang ia harapkan kembali padanya dan tumbuh bersamanya. Malang benar nasib kau pemuda rantau. Akankah ada orang yang mengasihimu, mencintaimu, mau berbagi kasihsayang padamu yang membuka hatinya tempat engkau gantungkan lagi pengharapan yang telah mati akan wanita.
Mungkin wanita yang telah menghancur pengharapannya kini tertawa dan bahagia bersama kekasih pilihannya. Pemuda perantau cuma bisa berdo’a semoga kebahagian selalu menyertai gadis yang ia cinta.
Semoga nasib malang dan pemain kemalangan cinta ini hanya akan terjadi pada dirinya dan takkan pernah terjadi pada orang lain, biar saja ia yang merasakan sakit, pilu, kecewa dan penderitaan akan perjalanan cinta.
Sekarang pemuda perantau ini telah hilang arti dan hakikat cinta sebenarnya. Yang mana hakekat cinta sebenarnya, membangun bukan meruntun, berdiri tegap bukan jatuh dan tak berdaya, bukan sakit tapi bahagia, bukan tangis tapi kesenangan, bukan menghilang tapi, membangun akan harapan itu. Cinta memberi respon positif dalam kehidupan. Semoga cinta yang pemuda perantau rasakan ini merupakan cinta respon negative yang akan dikuburknya dalam hati dan takkan di cerita kepada orang lain selain orang yang telah membaca coletehan hati ini. karena pemuda perantau itu khawatir semua orang takut mendekati yang namanya cinta.
Sekarang ia hanya berdiri diatas semua kenangan yang tak pernah sirna dalam ingatannya, meskipun terkadang masa lalunya sering membuat ia meneteskan air mata. Namun ia tak peduli karena semuanya telah terbiasa dan bukan lagi hal yang luar biasa tapi merupakan hal yang biasa bagi hidupnya.