Mohon tunggu...
Kasri Podding
Kasri Podding Mohon Tunggu... Penulis - Animal Science Engineer. Departement of Nutrition and Animal Feed. Hasanuddin University. Single Attaracted to🧕

#Idola Muhammad SAW. #Natural FEED #POULTRY NUTRITIONS Bersandarlah kepada kedua kalimat syahadat maka kamu akan menemukan jati dirimu dan Tuhanmu "BISMILLAH".

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ekosistem Proaktif Nabi Ibrahim di Balik Idul Adha

17 Juni 2024   09:24 Diperbarui: 18 Juni 2024   16:42 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaahu wallahu Akbar, Allahu Akbar walillaahil hamd. Gemuru suara lantan takbir oleh suluruh mahkluk di muka bumi dan mahluk langit. Suara takbir bukan hanya sekedar lafadz yang diucapkan melalui mulut tetapi hasil olah qolbu dan akal yang saling singkron dan terintegrasi antara alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Seluruh ummat manusia diluluhkan hatinya menjadi tenang dan memancarkan buih-buih keabadian menuju ketenangan baqo'. Sadarkah kita bahwa selama ini banyak kemunafikan dan keburukan yang melalaikan dan menjauhkan dari fitrah tetapi kita tidak pernah notice dengan keadaan tersebut. Kita melangkah diatas bumi ini dengan angkuh dan penuh percaya diri padahal kita penuh lumuran dosa yang tidak pernah kita sadari. Ingatlah ketika Tuhan menciptakan mahluknya dengan penuh kasih sayang, penuh dorongan spritual, dan jiwa yang tenang, maka kita harus kembali menuju pelukan hangat Tuhan agar kita masuk ke golongan-golangan yang diberkahi. Wahai jiwa yang tenang (Mutmainnah)! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu. (Q.S. Al-Fajr (89): 27-30)

Berawal dari kisah Nabi Ibrahim yang diberkahi hidupnya bersama cucu-cucunya serta dibekali dengan harta yang berlimpah terutama ternak. Diceritakan dalam suatu riwayat bahwa malaikat memprotes Tuhan mengenai sikapnya yang memberikan keberkahan yang berlebihan sampai diangkat sebagai Khalilullah (Kekasih Allah). Malaikat berkata ""Ya Allah, mengapa Engkau memberi gelar Khalilullah kepada Ibrahim, padahal ia sibuk dengan kekayaan dan keluarganya? Bagaimana mungkin ia pantas menjadi Khalilullah sebagai kekasihmu yaAllah?". Allah menyawab "Jangan kalian menilai secara lahiriah, tapi lihatlah hati dan amal baktinya. Karena tiada di hatinya rasa cinta selain kepada-Ku. Bila kalian ingin menguji, ujilah dia,". Tidak lama kemudian malaikat menguji Nabi ibrahim dengan merubah wujudnya menjadi manusia utuh dan mendatangi Nabi Ibrahim. Dalam dialog tersebut, malaikat terkesimak dengan hati yang penuh cahaya dan kasih sayang terpancarkan pada Nabi Ibrahim karena dengan ihklas dan sadar memberikan semua ternak kepadanya dan mewakafkan ke semua ummat manusia tanpa terkecuali. Sikap Ibrahim menunjukan bahwa semua yang melekat di tubuh kita seyogyanya bukan milik kita tetapi kita hanya penyampai amanah dari Tuhan ke seluruh mahluknya di buka bumi ini.  Surat Al-Ankabut: 2-3 menjelaskan bahwa "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta".

Ujian Nabi Ibrahim tidak sampai disitu, ujian ini merupakan ujian terberat dalam hidupnya yaitu menyembelih anaknya sendiri, anak yang sudah lama dinanti dengan penuh perjuangan dan kesabaran. Kisah ini diceritakan dalam Surah As-Saffat (37:102-107): "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." Sungguh kesabaran dan kepasrahan yang luar biasa yang dicontohkan sebagai role model masa depan generasi selanjutnya. Nabi ibrahim mengajarkan sikap yang inklusif, loyalitas, menjalankan sikap dialektika primordial dan lokal wisdom sedangkan Nabi Ismail mengajarkan kepatuhan anak terhadap orang tua dan Tuhannya, membangun retorika dengan penuh visoner. Dua insan yang diberkahi Allah mengajarkan kita bahwa hanya Tuhanlah yang boleh memiliki rasa cinta kita dan harus selalu pasrah (Islam) terhadap keputusan Tuhan.

Kehidupan ini dibangun dengan rasa cinta dibungkus dengan kehangatan dan diikat dengan kelembutan seperti lembutnya kapas yang menyentuh permukaan kulit kita dan memberikan sensasi yang luas biasa. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengajarkan untuk selalu kembali ke fitrah, menanggalkan semua yang dapat merusak dan menjauhkan dengan sifat-sifat eksistensi Tuhan, serta mengajarkan dalam saling berbagi kasih dan saling berbagi kehidupan. Allah selalu memperingati kita dalam kitab sucinya surah al-Baqarah: 168). ''Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu''. Semoga kita selalu dalam lindungan rahmat Allah Ta'ala dan dijauhkan dari segala yang merusak nafs, qolbu, akal, dan roh kita.

Ir. kasri, S.Pt., IPP.
Jawa Timur, Malang, 17 Juni 2024/ 10 Dzulhijjah 1445 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun