Mohon tunggu...
Kasri SE
Kasri SE Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah seorang blogger di Pekanbaru. Berbagai hal tentang Riau saya tulis di blog pribadi; kelilingriau.blogspot.com dari sudut pandang saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meneladani Budaya Gotong Royong dari Tradisi Rewangan

29 Mei 2014   00:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jumat (16/5/2014) lalu, saya pulang kampung ke Rokan Hilir (Riau), setelah hampir setahun tidak pulang. Tepatnya di Kepenghuluan Teluk Pulau Hilir, Kecamatan Rimba Melintang.

Kepenghuluan itu sebutan lain dari Desa di Rokan Hilir. Kepenghuluan ini berada di jalan lintas menuju Kota Bagansiapiapi. Dari Kepenghuluan ini ke Ibukota Rokan Hilir tersebut, masih menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam lagi dengan bersepeda motor atau kendaraan roda empat.

Begitu sampai di rumah, ramai betul saya lihat orang-orang berkumpul. Saya pun menyalami mereka satu-satu, walaupun akhirnya tidak semua tersalami, karena mereka tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Ada yang mengiris bawang, ada yang tengah memasak air, menanak nasi, mengangkat kayu, mengaduk gulai dan macam-macam. Sesekali terdengar gelak tawa renyah di tengah kesibukan mereka.

"Udah limo ai kami disiko menolong umak kau buat kue," ujar seorang tetangga di tengah perbincangan rindu karena sudah lama tidak berjumpa dengan bahasa khas logat Melayu Rokan Hilir.

Sudah lima hari kami di sini menolong ibumu buat kue: Begitu kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Ya, mereka semua tengah sibuk membantu orangtua saya dalam tradisi rewangan, yang tengah bersiap menggelar acara resepsi pernikahan adik keempat saya, Yenni. Puncak acaranya sehari kemudian, Sabtu (17/5/2014).

Jauh hari sebelum rangkaian persiapan ini, sempat juga dilangsungkan rapat pembentukan panitia yang dihadiri masyarakat setempat dan beberapa sanak family terdekat.

Mereka semua tidak saja menyatakan membantu tenaga, tapi juga membantu dana untuk menyukseskan acara. Bahkan tidak sedikit yang menyumbang dalam bentuk barang.

Tradisi seperti ini, walaupun tidak tersurat, tapi begitu ada sebuah helatan, pasti selalu didahului rapat warga untuk membantu segala hal yang sudah menjadi tradisi. Tradisi ini masih terjaga dengan baik sejak berpuluh tahun silam.

"Mie putih dan minyak goreng itu, sumbangan dari beberapa tetangga. Masih banyak lagi sumbangan yang lain," ujar Emak begitu saya tanya mengapa Mie Putih dan Minyak Goreng tertumpuk terlalu banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun