[caption caption="Gambar internet"][/caption]Musim hujan kali ini berbeda dari tahun2 sebelumnya, apa yang membuatnya berbeda?
Ya, tenaga kerjanya. Sepanjang persawahan yang dibelah oleh sebuah jalan lurus tersebut, tenaga atau buruhnya berasal dari Myanmar, mereka masih muda, didominasi oleh kaum perempuan usianya mungkin baru lulus SMA, sekitar 18 hingga 24 tahun.
Mereka bekerja ikut perusahaan besar yang telah membeli tanah2 penduduk.
Sementara itu, bejo salah satu temanku, dia gengsi menjadi buruh tani, dia sudah kawakan merantau di mana2, di dalam negeri, di kalimantan, aceh, papua, surabaya dan gresik di kabupatennya sendiri juga sudah ia lakoni, di luar negeri, selain Malaysia, Taiwan dan Saudi Arabia, korea juga pernah dijamahnya namun hanya 6 bulan sebelum dideportasi.
Menjadi perantauan dengan penghasilan yang lumayan membuat Bejo malas bekerja menjadi buruh di desanya sendiri.
Kini, ketika ia pulang dari perantauan ia melihat hal yang berbeda dari tahun2 sebelumnya, banyak tenaga kerja perempuan dari Myanmar di kampungnya.
Hasrat Bejo pun muncul, ia berkeinginan untuk menjadikan salah satu buruh tersebut menjadi istrinya.
"Beristri orang Myanmar, gimana rasanya" Bejo berkhayal.
Namun sebelum semua itu terjadi aku sudah terbangun dari mimpi sehingga kisah tentang bejo putus di tengah jalan.
Sekian dan wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H