Mohon tunggu...
Kasman Renyaan
Kasman Renyaan Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah

Anak pesisir pencinta sejarah dan budaya. Mencari ketenangan batin dengan menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Latonde, Pejuang Bangsa yang Terabaikan

31 Desember 2024   18:40 Diperbarui: 31 Desember 2024   18:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuburan La Tonde di Distrik Fakfak Tengah, Papua Barat (Foto K.R)

Pada 30 Desember 2024 kemarin, kami menjejakkan kaki di suatu Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Distrik Fakfak Tengah, Kelurahan Danaweria, Papua Barat. Di dekat pintu masuk utama, di bawah tangga, tampak sebuah makam tua yang nyaris terlupakan, di antara ratusan makam lainnya.

Kuburan itu sederhana, tak terawat, dan di ujungnya berdiri tiang besi yg sudah berkarat. Tiang ini, menurut penuturan warga, dahulu menjadi tempat berkibarnya Sang Merah Putih—suatu penghormatan terakhir bagi almarhum yang disemayamkan dengan upacara militer.

Bendera itu bukan sekadar simbol, melainkan penanda bahwa di tempat peristirahatan terakhir ini, terbaring seorang pejuang rakyat yang telah mengabdikan hidupnya untuk membela tanah air Indonesia dari gengaman Belanda di Irian Barat (Papua Barat).

Namanya La Tonde, sosok sederhana semasa hidupnya. Ia berasal dari Buton Cia-Cia, Sulawesi Tenggara. Bekas pelayar-perantau di tanah Papua itu, kini abadi sebagai nama jalan di Kampung Kayu Merah, Distrik Fakfak Tengah, Papua Barat.

Foto K.R
Foto K.R

La Tonde, menjadi pemimpin perjuangan rakyat yang tak gentar di garis depan dalam upaya perjuangan Pembebasan Irian Barat tahun 1961-1963. Ia memimpin pemuda-pemuda perantau Buton dalam berbagai misi besar penuh risiko, di antaranya pembongkaran gudang senjata Belanda di pusat kota Fakfak.

Bersama rekan-rekannya, ia menyelamatkan para tentara penerjun Indonesia yang terjebak di pepohonan raksasa dan jurang curam di medan Papua Barat yang rawan dan sulit dijangkau. Sebelum akhirnya ia bergabung dalam perang gerilya melawan penjajah. Semangat juangnya tak pernah surut hingga Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pada 1963.

Atas perjuangan dan keberaniannya itu, La Tonde dianugerahi gelar Pahlawan Pejuang Pembela Tanah Air oleh Panglima Angkatan Bersenjata atasnama Menteri Pertahanan Keamanan di Jakarta sebagai Veteran pada 1982. Ia aktor sekaligus saksi perjuangan rakyat di kota pala Fakfak.

Dari tandatanganya pula, ia merekomendasikan pengesahan bekas tentara rakyat dalam upaya usulan pahlawan rakyat Pembela Tanah Air untuk disahkan sebagai Veteran. Satu diantara pejuang itu, saudaranya La Nurdi, yang mendapat gelar Kehormatan Veteran Pembela Kemerdekaan Republik Indonesia, sesuai Undang-Undang Nomor 7 tahun 1967, tanggal 31 Juli 1982.

Namun, kisahnya terlupakan dalam narasi besar sejarah perjuangan Pembebasan Irian Barat. Makamnya yang kini terlantar, tiang bendera yang berkarat. Ironi dari pengorbanan pejuang anak bangsa yang terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun