Perkenalanku dengannya berawal ketika kami sama-sama menumpang sebuah bis malam. Aku sebenarnya berada di tempat duduk sebelahnya. Perjalanan diwarnai dengan hujan yang amat deras. Percikan-percikan air hujan dari atas atap mobil lewat ventilasi mengenaku. Hal ini memaksaku kadang berdiri dari tempat dudukku sambil memeriksa keadaan. Kulihat barang bawaanku, sebuah kardus kecil yang kutaruh dilantai dekatku, juga kena percikan air.
Laju mobil membelah malam . Penumpang umumnya terdiam masing-masing ditempat duduknya. Ada yang tidur-tiduran, ada yang merokok sambil menikmati alunan musik. Tinggal Aku sendiri yang semakin gelisah.
" Sial..." Begitu pikirku. Aku menyalahkan diriku sendiri yang memilih duduk di bawah ventilasi. Seorang kondektur mungkin memperhatikanku datang memeriksa. Rupanya sumber percikan itu dari ventilasi yang tidak tertutup rapat. Setelah semuanya beres, dia pun minta maaf lalu meninggalkanku.
" Basahkah ? ", Sebuah suara menegurku. Aku mengiyakan sambil memandang kearahnya. Rupanya seorang perempuan yang lagi duduk sendirian. Dia lalu menawarkan agar Aku pindah tempat saja.
Tanpa pikir panjang lagi, Aku segera beranjak menuju tempat duduk yang ditawarkan. Lalu berkenalan dengannya sambil tanya-tanya. Bermula dari pertanyaan yang ringan. Tanya nama, alamat, tujuan kemana dan seterusnya.
Sepanjang perbincangan, kami merasa kalau perempuan ini cukup luwes. Kami semakin akrab saja. Kadang Aku mencuri pandang ingin tahu seperti apa wajahnya. Cukup cantik juga. Begitu Aku menilainya.
Lampu dalam ruangan mobil mulai dipadamkan. Itu berarti waktu sudah mendekati jam 10 atau lewat jam 10. Sedikit pun tak ada tanda hujan segera reda. Cuaca dingin semakin menggigit. Kucoba menggerakkan tubuhku agak rapat ke perempuan disampingku. Terasa hangat kini. Tak ada reaksi sedikitpun darinya. Mungkin dia juga merasakan cuaca dingin. Kulihat tangannya sedang sibuk mengutak-atik hpnya.
" Oh..ya, suami kamu dimana ?". Tanyaku sekedar memastikan apa sudah bersuami atau belum.
" Surabaya ", jawabnya singkat. Kedengarannya agak ragu. Hatiku bergetar juga setelah tahu kalau dia benar sudah bersuami.
" Tak ikut kesana ? ", tanyaku ?
" Aku baru pulang dari Surabaya. Satu bulan disana "