Mohon tunggu...
MArifin Pelawi
MArifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa S3

Seorang pembelajar tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Esai untuk Guru di Sekolah "Terbuang"

12 Desember 2020   11:00 Diperbarui: 12 Desember 2020   11:22 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dinas Pendidikan DKI Jakarta

Jika Anda berada di posisi mereka maka bisa bayangkan bagaimana kesulitannya. Banyak 'anak-anak' yang terbuang dari sekolah-sekolah ini bukan anak manis yang akan bisa mendengar tenang ketika dimarahi. Mendengarkan ketika diberi pelajaran dan tidak melawan ketika dinasihati.  Banyak anak-anak yang dikirimkan kesini oleh orang tuanya biasanya ketika tidak memiliki pilihan lain karena telah kebal dimarahi di rumah.

Ketika menjadi guru di sekolah murah bukan hanya tangis kesal karena merasa tidak berdaya mendidik yang harus dirasakan. Tangisan karena makian pada kinerja tanpa dipahami betapa sulitnya mendidik 'anak-anak pilihan' di sekolah mereka tidak dipahami masyarakat. Penderitaan guru di sekolah swasta murah bukan ini saja. Sesuai dengan label sebagai sekolah swasta yang pakai kata murah maka sudah pasti biaya sekolah di sini seadanya. 

Dan sebagai sekolah swasta, walaupun ada subsidi maka nilainya hanya sebesar dana BOS yang sering pula disunat. Ketika BOS itu disunat maka gaji guru-guru di sekolah ini harus ikut disunat juga. Guru di sekolah swasta harus mengurut dada ketika gaji yang tidak seberapa dikurangi uang 'administrasi oleh dinas pendidikan. Bisa jadi gaji lima ratus ribu tertera di kuitansi, tapi yang diterima hanya 300 ribu. Fasilitas pembelajaran juga bisa dibilang memakai paham 'yang penting ada'.  Hampir tiada penghargaan baik dalam bentuk materi maupun batin yang bisa mereka harapkan. Jika berada di posisi mereka apakah kita bisa bertahan?

Maka betapa bahagia pasti para guru di mana Andrea Hirata bersekolah. Ada anak muridnya yang mampu berhasil mempersembahkan sebuah buku yang menunjukkan kerja keras mereka. Jika Anda mengenal guru yang berada di posisi ini maka marilah beri dukungan dan selamat. 

Mohon jangan kecilkan hatinya dan berilah penghargaan ketika dengan bangganya dia memamerkan ada muridnya diterima di PTN. Kerja keras mereka menurut saya tidak kalah berat dari pada para guru di SMA Unggulan yang berhasil mendorong siswanya mendapat nilai terbaik. Namun, penghargaan yang mereka terima sangat jauh berbeda. Marilah kita berusaha menghindari hanya menghargai mereka yang mengolah emas karena dia lebih bersinar dan menghina mereka yang berusaha mengolah besi buruk menjadi alat berguna bagi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun