Teman anak saya, sebut saja namanya Abang Tamvan. Dia memiliki karakter yang patut dicontoh menurut saya. Anaknya terbilang kecil dibandingkan teman-teman seusianya kelas 5 Sekolah Dasar. Namun, dia memiliki wajah yang teduh mempesona. Tutur kata Tamvan lembut dan tertata. Masyaallah, saya merasa belajar dari anak yang sering menggunakan peci ini.Â
"I falling in love, Tamvan."
Kemarin saat saya menjemput anak saya. Lagi-lagi Allah perlihatkan kepribadian yang sangat anggun pada sosok Abang Tamvan. Jam habis Asar saat saya sedang menunggu anak bersiap-siap pulang, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Anak-anak sangat ingin mandi hujan, alamiah saya pikir. Tiba-tiba ada dua anak, laki dan perempuan. Anak kelas bawah, sepertinya anak kelas 3. Sebut saja satu Mawar dan satu lagi Kumbang. Mawar dan Kumbang berkejar-kejar sambil mengejek satu sama lain. Babang Tamvan duduk di sisi bangku memperhatikan mereka. Dia berkata kepada Kumbang dan Mawar, "Mawar, Kumbang di mana adab kalian?" Dengar suara lantang tetapi tetap mempertahankan lembutnya. Saya baru teringat ada ya, paduan kata lantang dan lembut yang masih enak di dengar. Dan Babang Tamvan ajaibnya bisa, teman-teman.
Mawar dan Kumbang sepertinya tidak mendengar teguran dari abang kelasnya ini. Tamvan kembali mengulangi lagi kali ini khusus kepada Mawar yang sudah berdiri dekat dengannya. "Mawar di mana adabnya. Kok colek-colek dengan teman muslimnya." Kali ini Mawar langsung mengatur napasnya dan membiarkan Kumbang yang masih mencoleknya. Tamvan melihat ke arah Kumbang seakan ingin menyemprot dengan kata-kata apalah gitu, yang akan membuat Kumbang berhenti bertingkah seperti itu. Namun, alih-alih dia melakukannya dia hanya menatap Kumbang penuh arti. Dan seperti yang diduga Kumbang menghentikan sendaannya kepada Mawar. Kemudian Tamvan kembali memperhatikan teman dan adik-adiknya yang sedang main hujan.Â
Saya melihat karakter kepemimpinan yang besar pada sosok laki-laki cilik Tamvan. Seketika jiwa bergelora, jika Allah berkehendak, saya tidak akan menolak jika Tamvan suatu saat akan menjadi menantu. Wk wk wk .... Tidak akan saya tolak, ya Allah.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Karakter dan kepribadian yang dimiliki Tamvan tentu tidak jauh dari didikan dan asuhan orang tuanya. Paduan tegas, tampan dan berkepribadian laki-laki yang teguh tentu turun dari ibu dan bapaknya. Â Orang tua mana yang tidak ingin anaknya berperilaku baik. Namun, lagi-lagi banyak yang merasa belum mampu mendidik anak dengan benar. Termasuk saya. Jika ingin anak kita baik, maka sudah pasti kita sendiri harus menjadi baik.Â
Anak adalah peniru ulung. Mereka merekam semua perkataan dan tindak-tanduk orang tuanya. Jangan pukul anak saat mereka lakukan kesalahan. Namun, bercermin kepada diri. Tanyakan kepada diri kita sendiri, apa yang telah kita lakukan sehingga anak berani melakukan hal yang tidak baik.Â
Tidak dipungkiri terkadang lingkungan juga mempengaruhi. Teman bermain, di sekolah, di tempat mereka mengaji, dan orang-orang di luar dari keluarga inti akan terpengaruh juga dalam pembentukan karakter anak. Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat anak kita memiliki pondasi nilai-nilai yang baik itu kuat pada diri mereka? Kewajiban kita adalah mengatakan hal yang benar kepada mereka. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Apa yang baik dan tidak baik. "Tidak menyakit teman, tidak membuat temanmu tidak nyaman, tidak mengambil hak orang lain. Berbicara yang lembut. Hormati orang tua, gurumu dan orang yang lebih tua siapa-pun. Hargai temanmu."Â
"Jika di luar sana cukup berat, katakan, "Nak, apapun masalahmu, kamu bisa katakan kepada Ibu atau Bapak. Kami adalah orang yang bisa kamu percaya untuk membantu masalah-masalah yang muncul di luar sana."Â Tidak ada hal yang tidak bisa di atasi. Ada Allah yang akan membantu di setiap ujian. Minta sama Allah. Insyaallah semua akan baik-baik saja."
Saya menulis ini adalah refleksi bagi saya sendiri. Semoga kita dapat mewarisi generasi yang berkarakter dan berkahlak mulia.Â