Mengutamakan Judul Berita
Pada periode dekade ke belakang ini kita mengenal adanya bentuk jurnalistik baru yang memanfaatkan internet sebagai alat mempublikasikan berita kepada khalayak. Hal demikian disebut sebagai kegiatan jurnalsitik online, penggunaan internet sebagai modal utamanya memberikan warna berbeda dibandingkan dengan versi cetak, radio, maupun televisi. Perkembangan jurnalistik Online ini berkembangdengan semakin banyak munculnya website berita online seperti Kompas.com ,Detik.com , Okezone.com, dan lainnya. Maka dari itu terjadilah persaingan antar website berita tersebut untuk mencari pengunjung/pembaca sebanyak mungkin.
Beragam cara dilakukan oleh wartawan media online supaya postingan beritanya di klik dan dibaca. Selain menulis berita dengan isi-isu terkini ternyata judul berita sangat menentukan bagaimana nasib suatu berita. Ketika hendak membaca sebuah berita, tentu hal pertama yang di baca adalah judulnya, dari sana kita dapat mengetahui isinya tentang apa atau siapa. Maka dari itu perlunya menulis judul berita yang kira-kira dapat membuat pembaca penasaran kemudian meng-klik judul tersebut karena pada dasarnya setiap berita memiliki pesaing ribuan berita lainnya. Judul sebuah berita menjadi bagian yang terpenting. Judul berita menentukan pembaca untuk membaca selanjutnya atau tidak isi berita tersebut. Maka pada dasarnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menulis judul, seperti : lengkap, ringkas, menghindari kalimat tanya, mencerminkan isi berita.
Selain hal tersebut perlu juga memperhatikan keterkaitan judul dengan SEO (Search Engines Optimization) yaitu sebuah mesin pencari yang mendukung setiap website berita berlomba-lomba memberikan informasi terbaru kepada pembacanya dan setiap website berita perlu memberikan kata kunci artikel. Supaya ketika pembaca melakukan pencarian di search engine misalnya google, maka bisa memungkinkan mereka menemukan berita tertentu disana. Sangat disayangkan bila artikel yang menarik sudah di publish namun tidak ditemukan di mesin pencarian karena tidak muncul pada halaman utama. Persaingan yang ketat di Search Engine merupakan salah satu aspek mengapa judul berita online perlu dipikirkan secara baik. Pada dasarnya di Search engine seperti Google dapat ditemukan data apapun yang kita cari, umumnya pembaca hanya akan melihat hasil yang ada di halaman pertama, jika merasa masih kurang maka barulah mereka mebuka halaman kedua. Perilaku pembaca yang seperti ini juga membawa persaingan ketat antar website berita, menjadi yang pertama di Search Engine Google tentu akan memberikan manfaat lebih untuk mengangkat jumlah visitor website.
Meskipun terkadang judul-judul yang muncul di search engine itu terlihat menarik dan membuat penasan tetapi isinya bisa jadi tidak semenarik judulnya. Seringkali setelah di klik ternyata beritanya biasa saja bahkan hanya sekedar perkiraan biasa yang belum tentu kebenarannya. Belum lagi ternyata isinya hanya dua paragraf sehingga info yang diperoleh sangat sedikit, atau kalau ada yang lebih panjang juga karena memaparkan persepsi dari wartawan itu sendiri. Media online banyak yang mempraktikan gaya judul seperti koran kuning dengan tujuan untuk menarik umpan sehingga pembaca merasa terkena jebakan melalui judul.
“Jebakan Klik”
Sebuatanini digunakan untuk judul-judul yang menyimpan rahasia sehingga bisa membuat pembaca penasaran.Bentuknya berupa link judul, memang sebenarnya jebakan klik ini lebih lazim digunakan untuk iklan online dimana memiliki maksud menghitung audiens berdasarkan pada jumlah klik. Sebenarnya Link seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuh berita. Judul berita berupa jebakan klik lebih merupakan iklan ketimbang berita, dengan demikian ketika media online menulis judul yang bikin penasaran seperti menyembunyikan isi berita atau menggunakan kalimat tanya, secara tidak langsung mereka sudah terjebak dalam modus strategi model periklanan online.
Judul judul yang biasanya menjadi jebakan klik adalah yang diawali dengan kata “Inilah...”. Kata tersebut membawa pembaca tidak pada isi berita secara langsung, se akan akan pembaca diminta untuk meng-klik dahulu baru anda akan mendapatkan jawabannya. Pembaca tidak akan menemukan isi berita pada judul, namun manusia memang memiliki daya keingintahuan yang tingi sehingga secara cepat dan mudah mereka meng-klik link tersebut.Saya menemukan beberapa contoh judul jebakan klikdari search engine Google pada halaman pertama seperti gambar berikut.
Jebakan klik dapat dirasakan apabila pembaca merasa adanya ketidaksusaian antara imajinasi dan harapan mereka dengan berita tersebut. Ketika pembaca membaca judul, maka mereka akan memiliki harapan informasi yang akan diperoleh, namun kerika tidak sesuai dengan harapan awal maka pembaca akam merasa kecewa bahkan merasa terjebak itu. Contoh saja misalnya ketika melihat berita “Brad Pitt dikelilingi Wanita Telanjang” yang dikeluarkan oleh Viva.com, tentu saja yang ada dipikran pembaca adalah bahwa Brad Pitt menghianati istrinya atau menyangka dia berselingkung dengan wanita yang sedang telanjang. Tetapi setelah di klik, ternyata yang dimaksud dengan wanita telanjang adalah karya seni berbentuk patung yang menggambarkan seorang dengan detail lekuk tubuh wanita. Berita tersebut sebenarnya ingin memberitahu pembaca bahwa Brad Pitt menghadiri sebuah pameran karya seniman terkenal di luar negeri. Judul tersebut memang sangat menarik, namun ternyata judul tidak mencerminkan isi yang sesungguhnya.
Artikel tersebut memasukkan pandangan pribadi wartawan kedalamnya, konten-konten yang disajikan tidak sesuai fakta atau menyajikan data yang cukup. Meskipun dalam praktiknya,m bentuk artikel demikian memiliki segmen sendiri seperti infotainment. Bahkan jika dikatakan lebih kejam, sebuah artikel yang hanya mengejar kemenarikan hits saja dpaat dikatakan sebagai artikel sampah. Tentu hal itu merupakan sebuah bentuk penipuan dan pelanggaran kode etik. Hal tersebut sendiri diatur dalam PPMS (Pedoman Pemberitaan Media Siber) yang dikeluarkan Dewan Pers menanggapi munculnya jurnalistik online. Penilaian terhadap Jebakan klik bukanlah contoh jurnalistik yang baik, seharusnya judul itu trasnparan dan tidak menyembunyikan substansi berita.
Masih banyak jenis-jenis judul berita yang dapat dilihat selain jebakan klik. Mislanya saja penggunaan judul berita yang terkesan berlebihan dengan memasukkan persepsi wartawan kedalamnya seperti kata depan Wah!, Wow!, atau Duh! Judul demikian menarik pembaca untuk mengetahui apa yang terjadi, tetapi lagi-lagi tidak sesuai dengan harapan pembaca. Lalu bagaimana judul yang baik bagi media online namun tetap menarik perhatian pembaca? Seperti yang dipaparkan diatas bahwa judul memang harus ringkas, maksimal tujuh kata dan dalam satu kalimat. Jika lebih dari itu maka kemungkinan pembaca akan malas untuk melihat karena perlu waktu untuk membacanya. Satu kalimat judul minimal terdiri atas subjek, predikat, dan objek. Selain itu penting juga menghindari kalimat tanya, berikanlah judul yang menggambarkan isi berita secara keseluruhan supaya pembaca tetap memiliki informasi meskipun hanya membaca judulnya. Kira-kira butuh waktu tiga detik untuk seorang user menilai kemenarikan sebuah berita melalui judul.
Pemilihan kata dalam membuat judul sebagai epresentasi berita memang tidak mudah, menarik perhatian pembaca dnegan judul yang bias-biasa saja juga tidak mungkin dilakukan. Sebenarnya melakukan hal-hal demikian diatas seperti contoh-contoh diatas tidak sepenuhnya salah, asalkan masih memiliki bobot berita yang seimbang. Jangan sampai judulnya menarik, tapi isinya sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H