Mohon tunggu...
Kasihyaa
Kasihyaa Mohon Tunggu... Guru - Guru

suka mengetik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Tinggi bagi Perempuan

15 April 2023   11:19 Diperbarui: 15 April 2024   20:18 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa memandang jenis kelamin, Pendidikan merupakan hak semua warga negara termasuk pendidikan tinggi. 

Namun bagi perempuan, pendidikan tinggi tidak terlalu penting karena cultur yang sudah melekat bahwa perempuan hanya didapur. 

masih banyak perempuan yang tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi hal tersebut terjadi karena banyaknya faktor, baik dari segi keluarga yang tidak suport, ekonomi, bahkan masyarakat yang menganggap perempuan hanya boleh dirumah saja. makanya penting sekali memberi edukasi pada masyarakat tentang pendidikan tinggi terutama perempuan untuk tidak takut menempuh pendidikan tinggi karena lagi-lagi perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, dimana menjadi perempuan yang berpendidikan sangat tidak rugi untuk bekal ia menjadi ibu ataupun untuk dirinya. 

Banyak penelitian menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat desa hanya menyelesaikan sekolah dasar. Namun seiring berjalanya waktu, pendidikan mulai berkembang terutama di desa, banyak anak muda yang lulus SMA, MA atau SMK melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. 

Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1, Pendidikan tinggi sendiri merupakan pendidikan yang ditempuh setelah seseorang menempuh pendidikan menengeh atas. 

Pendidikan tinggi sangat penting bagi semua jenis kelamin karena belajar di perguruan tinggi dapat meningkatkan pemahaman dan pengembangan pengetahuan. Pengetahuan ini penting tidak hanya bagi laki-laki, tetapi juga bagi perempuan yang bertanggung jawab atas anak-anaknya sebagai pendidik. Tugas perempuan untuk menuntut ilmu tidak terbatas pada pendidikan tertentu saja. Namun, masih terdapat ketidaksepakatan mengenai pemahaman perempuan tentang pentingnya pendidikan tinggi. Masyarakat lebih menyukai laki-laki dalam hal pendidikan dan perempuan tidak melihat perlunya pendidikan tinggi. 

Islam tidak membeda- bedakan laki-laki dan perempuan dalam mencari pendidikan setinggi mungkin. Islam tidak membatasi orang dalam menuntut ilmu. Padahal, Islam mendorong manusia untuk menuntut ilmu sepanjang hayat (lifelong learning). Oleh karena itu, tidak ada batasan usia untuk menuntut ilmu, dan Islam menganjurkan untuk mencari dan mengamalkannya. Kami mendorong setiap orang untuk pergi ke satu tempat (tempat pendidikan) untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakannya dalam kehidupan sosial, dan dianjurkan tidak boleh ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam menuntut ilmu. Hal ini bertentangan dengan pendapat bahwa pendidikan tinggi tidak penting bagi perempuan dalam masyarakat.

Salah satu faktor tersebut adalah wanita dengan pendidikan tinggi lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Padahal, pengetahuan mereka tentang dunia pendidikan tidak sia-sia. Karena mereka dapat menggunakannya untuk membesarkan anak-anak mereka. Kesuksesan seorang wanita bukanlah seberapa sukses dia di dunia kerja, tapi seberapa sukses dia di dunia modeling itu. Selain itu, alasan mengapa perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi adalah faktor ekonomi. Khususnya pendidikan tinggi, dianggap mahal, maka faktor biaya dirasa menjadi penghambat untuk melanjutkan pendidikan.

Dari beberapa faktor tersebut muncullah pemikiran para orangtua untuk tidak perlu menyekolahkan anak perempuanya melanjutkan pendidikan tinggi. Dalam penelitian Kirnandita mengatakan bahwa presnetase perempuan ke perguruan tinggi 40, 53%, sedangkan persentase guru laki-laki di perguruan tinggi jauh lebih tinggi, yaitu 59,42%".

Persepsi sendiri merupakan pandangan seseorang setelah melihat sesuatu. Dalam hal ini persepsi masyarakat terhadap pendidikan bagi perempuan tidaklah penting karena beberapa faktor. 

Tidak sedikit orang yang berlatar belakang pesantren menganggap bahwa "perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, nanti ujungnya didapur" hal ini menjadikan banyak masyarakat menganggap pendidikan agama lebih penting dari segalanya daripada pendidikan tinggi bagi perempuan. 

Pada kenyataannya memang pendidikan agama sangatlah penting untuk kehidupan kita diakhirat kelak, namun kita juga harus memiliki ilmu didunia untuk menuju akhirat tersebut. 

Satu tugas mutlak perempuan pada nantinya akan memiliki anak dan membesarkannnya. Dalam hal ini tugas ibu bukan hanya didapur tetapi mendidik anaknya  karena perempuan merupakan pembawa peradaban, dalam rahim perempuan akan lahir generasi-generasi yang gemilang apabila ibunya cerdas dan berpendidikan. 

Sebagai seorang ibu adalah sekolah pertama anaknya, ia harus memiliki banyak pengetahuan. Dengan memberikan perempuan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, mereka akan memiliki kekayaan pengetahuan yang akan mendukung generasi mendatang. Karena ibu yang cerdas melahirkan anak yang cerdas. Juga diyakini bahwa orang tidak melihat pria dan wanita dalam mengejar pengetahuan. Karena kedudukan umat Islam di dunia tidak pernah membeda-bedakan laki-laki dan perempuan, dan Islam tidak membeda-bedakan dalam menuntut ilmu.(M. As’ad 2011: 95) Karena Islam memberikan status yang mulia kepada orang yang menuntut ilmu, tanpa memandang jenis kelamin.

Fator yang selanjutnya adalah ekonomi, banyak perempuan yang memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya atau untuk membantu suaminya bahkan untuk menyenangkan dirinya. Sesungguhnya peran seorang perempuan adalah sebagai pembentuk watak atau pendidik dan juga sebagai pembawa peradaban baru didalam rahimnya bukan berarti tidak mempunyai peranan yang lainnya, atau bahkan tidak boleh menjadi wanita karir (bekerja). 

Jika kita kembali pada ajaran Islam, di masa Nabi Muhammad saw, tidak sedikit seorang perempuan yang memilih untuk bekerja dalam berbagai bidang, dan pekerjaan tersebut sama sekali tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menjadi istri, ibu bahkan pendidik bagi anak-anaknya. Dan sejatinya perempuan itu mempunyai hak dalam menentukan jalan hidupnya dengan tidak menyalahi kodratnya sebagai perempuan. 

jika kelak memang seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk bekerja, maka ilmu yang mereka dapat dibangku kuliah tidaklah sia-sia karena kodrat mereka sebagai ibu dan pendidik untuk anak-anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun