Mohon tunggu...
Kasih Ayu
Kasih Ayu Mohon Tunggu... -

Bersekolah di Pendidikan Matematika S-1 Universitas PGRI Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya yang Terbelenggu karena Globalisasi

6 Januari 2015   07:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Dari Sabang sampai Merauke hingga pulau pulau kecil yang ada di sekitar daerah Indonesia pasti memiliki ciri khas entah itu dari makanan khas, pakaian tradisional, tarian adat hingga rumah adat daerah. Namun, kini perkembangan budaya dari zaman ke zaman sudah mulai luntur dengan adanya budaya asing yang bebas masuk ke Indonesia, baik itu dari segi pakaian, alat elektronik, maupun peralatan rumah tangga. Semua barang yang berasal dari luar negeri lebih banyak diminati oleh masyarakat daripada yang asli buatan Indonesia. Kebanyakan orang memang mengganggap itu keren atau tren. Akan tetapi, dengan kata lain mereka telah melupakan produk indonesia sendiri yang dalam artian mereka lebih cinta produk luar negeri daripada produk Indonesia.

Pengaruh berkembangnya budaya luar tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, remaja, maupun anak-anak tetapi dampaknya pun sangat luas. Misalnya, tempat atau alat bermain untuk anak-anak yang merupakan salah satu ciri khas indonesia pun berubah seiring perkembangan dunia. Zaman dahulu, permainan tradisional sangatlah menjadi hobi tersendiri untuk memainkannya ketika anak pulang sekolah, Tapi permainan tradisional itupun sekarang sudah jarang ditemukan dikalangan anak-anak karena sudah tidak zamannya lagi mereka bermain kelereng, congklak, dsb. Mereka lebih suka memainkan gadget yang lebih canggih dan lebih luas jangkauannya.

Penyebaran budaya asing pun tidak hanya dilakukan dengan masuknya barang-barang produksi luar negeri, melainkan dengan tayangan-tayangan di televisi. Contohnya saja Upin Ipin, dari segi bahasa yang mudah ditirukan, kartun yang dibuat semenarik mungkin, logatnya yang memiliki ciri khas, sangat mudah bagi anak-anak menyerap semuanya itu. Para orang tua mungkin tidak sadar dengan adanya tayangan itu, sehingga tak jarang anak-anak yang dapat menirukan bahasa dari negara lain. Dan ini membahayakan bagi negara Indonesia karena lama kelamaan bahasa Indonesia akan luntur juga.

Seperti halnya dengan tarian di Indonesia yang beragam banyaknya mulai dari tari kecak, tari gambyong, tari piring, tari saman dsb. Kita sendiri sebagai warga Indonesia harusnya bangga dengan apa yang telah dimiliki Indonesia. Tidak usah mempelajari kebudayaan negara lain sebelum mempelajari budaya asli Indonesia. Apakah kalian mau orang yang diluar sana lebih tau budaya Indonesia daripada kita sendiri yang penduduk asli Indonesia?? Tentu saja tidak kan !! Lestarikan budaya itu mulai dari sekarang. Jangan hanya melakukan demo yang gak jelas ketika ada salah satu budaya Indonesia yang di klaim oleh negara lain. Tapi tunjukkan kepedulian klita terhadap kebudayaan Indonesia dengan senantiasa melestarikannya agar tidak hilang di telan waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun