Mohon tunggu...
Kaseri
Kaseri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Jombang

Saya adalah seorang yang ingin selalu berubah dan berkembang lebih baik. Di setiap kesempatan, saya selalu berupaya mengambil peran maksimal. Pengalaman Terindah, saat terpilih dan menjadi duta di ajang "Indonesian Youth Leadership Programme" di Washingthon DC, United State of America (USA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.1 - Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

21 November 2022   20:00 Diperbarui: 21 November 2022   20:10 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya Kaseri, S.Pd., M.M. adalah calon guru penggerak angkatan 7 dari SMAN 1 Jombang Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara sekaligus sebagai koneksi antar materi modul 1.1.

Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dengan sebutan terkenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan, dengan trilogo filosofi yang termasyhur "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" sangat banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Bahkan kini menjadi dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka.

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebagai guru, sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya meyakini beberapa hal berikut:

  • Pendidikan dan Pengajaran adalah dua hal yang sama
  • Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran
  • Guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa
  • Siswa hanya objek yang tidak mengerti apa-apa

Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kondisi pembelajaran yang saya lakukan.

  • Proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik lebih banyak saya lakukan secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab) dengan menggunakan bantuan TIK (Teknologi dan Informatika Komputer). Saya menganggap peserta didik tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan.
  • Peserta didik dikatakan berhasil belajar suatu materi jika mereka bisa mengerjakan soal ulangan/ujian/asessmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta mendapat nilai yang mampu melampaui KKM.
  • Pembelajaran selalu dituntut menyelesaikan materi dengan alokasi waktu terbatas
  • Kegiatan belajar sebagian besar selalu dilaksanakan di dalam kelas
  • Memberikan tugas yang seragam pada peserta didik tanpa mempertimbangkan keragaman/differensiasi potensi peserta didik
  • Selalu beranggapan bahwa pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah belajar modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.

Pendidikan dan Pengajaran ternyata dua hal yang sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai seorang pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita selaku pendidik hanya pamong yang dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya itu. Dalam menuntun anak-anak, kita dapat mengibaratkan diri sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Misalnya, kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung atau tanaman lainnya.

Sebagai pendidik kita harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah tabularasa (kertas kosong) yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pesisir pantai akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pegunungan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam, berbeda, dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Kita harus menyiapkan anak-anak dapat memenangkan kompetisi pada zamannya dengan membekali kompetensi yang cukup dimasa yang akan datang. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)

Menurut Ki hadjar dewantara, ada 3 prinsip utama untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas Trikon, yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan Konsentris. Maksud dari Kontinuitas adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Sementara Konvergensi adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita. Sedangkan yang terakhir Konsentris adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pemelajar. Sangat jelas terlihat bahwa pendidikan itu harus memerdekakan.

Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa tujuan pendidikan yang utama adalah pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. 'Budi pekerti' atau 'watak' diartikan sebagai bulatnya tekad jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai timbangan, ukuran, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dengan mudah dapat membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, kita semua berharap bahwa anak-anak kita nantinya dapat tumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik sehingga mereka dapat menggapai kesempurnaan hidup, keselamatan yang setinggi-tingginya dan kebahagian secara pribadi maupun sebagi anggota masyarakat.

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Agar mencerminkan Ki Hadjar Dewantara, beberapa hal yang coba saya lakukan adalah sebagai berikut:

Pertama, mengubah mindset bahwa anak itu tidaklah selembar kertas kosong yang tidak tahu apa-apa, tetapi saya percaya bahwa setiap anak yang lahir itu sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun belum tampak. Sehingga saya harus memnberikan pengajaran dan pendidikan mampu menggali potensi anak secara optimal untuk tumbuh kembangnya anak

Kedua, mengupayakan pembelajaran yang berpusat dan berpihak pada anak. Memberikan anak-anak ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri sebagai pamong dan fasilitator yang menuntun anak agar mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Ketiga, memberikan teladan yang baik seperti akronim Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Menciptakan pembelajaran yang mengutamakan budi pekerti. Guru tidak hanya menuntut kemampuan kognitif saja tetapi juga menuntun sesuai kodrat siswa. Sesuai semboyan Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar.

Keempat, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain dan merdeka

Guru Penggerak - Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun