Kabut dan gerimis sepertinya ogah mengikuti kami menuju sisi terluar Indonesia. Ia hanya mengantar sampai pesawat terbang meninggi meninggalkan kota Ambon, Maluku. Dari pesawat masih tampak awan yang gelap dan rintik hujan menempel di jendela kabin. Setengah jam kemudian kami disambut langit biru yang cerah di Bandara Udara Mathilda Batlayeri.
Selamat datang di Bumi Duan Lolat. Selamat datang di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Secara administrasi, wilayah ini masuk ke provinsi Maluku. Secara geografis cukup dekat dengan Darwin, Australia. Hanya berjarak 500 km sedangkan ke Ambon berjarak 660 km. Saumlaki salah satu wilayah dengan sebutan 3T (terluar, terluar, tertinggal).
Kota kecil Saumlaki bisa dikelilingi hanya dalam beberapa jam. Kami memutar-mutar sebentar sebelum berhenti salah satu penginapan yang katanya favorit dan sudah lama di sini, Hotel Harapan Indah. Orang sini menyebutnya Hotel HI.
Bagian depan seperti rumah biasa. Tidak berkesan hotel. Tidak ada parkiran. Mobil parkir di pinggir jalan. Untuk ukuran Saumlaki, hotel ini berada di kawasan pemukiman padat. Tidak jauh dari pasar dan ruko-ruko.
Saat masuk hotel rasanya seperti menapaki rumah di kampung. Setelah melewati lorong pendek, kami menemukan kamar di sisi kiri dan kanan. Terus berjalan hingga tiba di bagian belakang yang terbuka. Ini tempat bersantai yang menyenangkan. Jika dirasakan, tempat bersantai ini bergoyang karena berada di atas laut.
Pemandangan mengarah ke laut yang luas. Terlihat beberapa pasar ikan di sebelah kiri yang berderetan dengan perahu-perahu nelayan. Taman atau ruang terbuka ini terapung. Sesekali bergoyang ketika ombak cukup besar. Sepertinya menyenangkan menghabiskan sore di sini. Laut lepas yang menghadap ke barat menyajikan pemandangan sunset yang indah.
Kami baru menyentuh Bumi Duan Lolat, tapi pemandangan dari Hotel Harapan Indah memberi harapan sebuah pengalaman yang indah. Ini hanya sebagian dari keindahan selama berada di kepulauan Tanimbar. Disebut kepulauan karena di sini terdapat pulau-pulau kecil. Saumlaki berada di pulau terbesar, Pulau Yamdena.
Di desa Olilit Timur, misalnya, terdapat Monumen Pembaptisan. Pantai Weluan yang berada di desa ini konon tempat mendarat pertama kali misionaris Katolik. Para misionaris harus menuju ke pantai untuk mencari air. Lalu di Desa Sangliat Dol terdapat peninggalan zaman megalitikum yang diberi nama Perahu Batu atau Natar Sori.
Saumlaki untuk beberapa orang masih asing di telinga. Penikmat pemandangan indah bawah laut atau pantai indah lebih mengenal Tual yang memiliki pantai Ngurtafur. Tapi Saumlaki tak kalah menarik dan memiliki sejarah budaya yang panjang. Lain kali saya menceritakan pengalaman seru di Bumi Duan Lolat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H