Minggu Pagi dengan nuansa udara yang masih sedikit mendung, hadir breaking news dari layar televisi. Kali ini bukan lagi berita tentang game heboh Pokemon GO yang ternyata berhasil rilis secara resmi di Indonesia, Realita hambar yang harus diterima dengan gawai terbuka. Bentrok antar Aparat Polisi dan Satpol PP di Kota Makassar, begitu judul beritanya. Tragedi yang tak membuat kejutan karena bukanlah hal yang tak mengejutkan lagi tetapi menjadi suatu hal yang patut disesalkan sembari menghembus kan segerbong udara dari hidung dan mulut.
Dalam Sejarah Republik Berdiri, Crash antar Aparat negara sudah ramai terjadi bahkan sejak jaman Imperium Majapahit. Oknum Pasukan TNI AD vs TNI AU, Polisi vs TNI, Jalapati vs Jala Rananggana adalah masalah laten yang berhubungan dengan mentalitas setiap anggota nya yang belum mahir mengendalikan gelora api emosi dan ego nya. Suatu perkara yang sulit dihilangkan tetapi dapat dikendalikan dengan upaya pembinaan tersistemik termasuk adanya sanksi tegas secara hukum bila terbukti Melakukan tindakan diluar koridor aparat.Â
Sejak diterbitkan sebagai aparat negara, setiap anggota tentu telah disumpah untuk melaksanakan Hak dan Kewajiban yang tertuang dalam tugasnya. Menjadi warga negara yang berseragam tak lantas membuat aparat itu berbeda dengan masyarakat lainnya. Justru mengemban tugas dan amanah yang tak mungkin dianggap ringan yakni pengabdian pada masyarakat bangsa dan negara plus harapan menjadi sosok suri tauladan bagi seluruh lapisan masyarakat. Apa jadinya bila aparat negara justru dibenci oleh rakyat nya sendiri?? Bak Atap yang kehilangan tiang penyangganya…
Kembali ke masalah Bentrokan antara Polisi dan Satpol PP, dari informasi yang terserak di media biasa dan tidak biasa, Tragedi terpicu oleh ulah oknum berdarah muda. Ego tinggi, ngga sabaran, bertameng seragam, dsb rawan nemplok di tubuh oknum aparat muda. Menelisik informasi yang telah terjaring, insiden bentrokan terjadi karena oknum Polisi terlibat cekcok dengan oknum Satpol PP. Merasa urusan belum puas, Aparat Polisi lantas menyiapkan puluhan pasukannya untuk menyerbu markas Satpol PP di balai kota Makassar. Semua paham, Polisi vs Polisi Pamong Praja bukanlah lawan sepadan, Polisi punya hak bersenjata api sedangkan Satpol PP tidak. Hasilnya sudah tentu Satpol PP menjadi korban bertahan yang hanya mengandalkan sangkur di pinggangnya.Â
Gun vs Blade berlangsung cepat, korban jatuh dikedua pihak dengan komposisi terbanyak mungkin dari satpol PP belum termasuk kerugian kerusakan bangunan dan kendaraan di balai kota Makassar. Korban meninggal berada di kubu Kepolisian akibat luka tikam, Turut Berduka cita bagi Almarhum semoga mendapat tempat terbaik di sisi NYA. Saat ini pimpinan kedua pihak telah meng-handle situasi agar kembali kondusif. Bentrokan yang terjadi kota di makassar bisa jadi adalah bentrokan terburuk antara Polisi dan Satpol PP dalam sejarahnya.Â
Berharap insiden ini menjadi perhatian Kemendagri dan Kepolisian agar kedepan dapat dicegah untuk tidak terulang kembali. Jiwa muda aparat yang rawan sebenarnya dapat diakali dengan memberikan media pelampiasan yang asyik. Misalnya bermain CoC, Pokemon GO, ngeblog, bikin StartUp, atau jadi Youtuber. Meski begitu semua kembali ke pribadi masing masing mau menjadi sosok yang berkualitas di kehidupan fana yang serba singkat atau sebaliknya. Last, Siapa yang salah dan yang benar ?? Biarlah para penyidik yang menuntaskannya dan masyarakat yang mengetahui kebenarannya.
Salam NKRI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H