[caption id="attachment_314581" align="aligncenter" width="300" caption="bubblews.com"][/caption]
Sesuai namanya, Satelit militer adalah satelit yang diperuntukan untuk mendukung atau menjalankan tugas tugas militer. Seperti intip mengintip alias mengamati instalasi militer strategis suatu negara, jembatan komunikasi antar markas militer, navigasi, Pemandu/Guider , hingga meluncurkan rudal hypersonic aau menembakan senjata laser (dalam ujicoba). Peran satelit militer sangat krusial dan strategis, terutama bagi Negara yang memiliki rudal jarak menengah atau jarak jauh (Balistik) serta Negara yang bertetangga dengan Negara yang memiliki persenjataan rudal mematikan. Bagi Negara yang mengadopsi riwayat bermusuhan, seperti Korea Utara vs Korea Selatan, Turki vs Yunani, Israel vs Suriah/Iran, Rusia vs USA, China vs USA, penggunaan Satelit Militer adalah hal wajib, benda angkasa ini menjadi The God of Eyes untuk membantu mengawasi dan mendeteksi secara dini setiap pergerakan ‘mencurigakan’ dari setiap Negara yang di intipnya.
Kebutuhan bagi Indonesia
Adalah kebutuhan yang mendesak bagi kepentingan pertahanan dan keamanan nasional kita. Indonesia memiliki banyak potensi konflik dengan Negara tetangganya, berbagai aktifitas illegal seperti pelanggaran wilayah, klaim batas wilayah, penyadapan dan intervensi politik adalah beberapa contoh betapa rusuh nya Negara tetangga ini. Â Penggunaan Satelit Militer oleh Indonesia akan menjadi jawaban bagi tindakan tindakan tak harmonis tersebut, khususnya dalam hal pemberian efek deterrence dan mencegah terjadinya penyusupan. Sekarang ini adalah era nya teknologi informasi, pertempuran tak hanya terjadi di domain nyata tapi juga maya melalui apa yang disebut Cyber Warfare. China, Iran, Israel, Rusia dan USA adalah segelintir negara yang sangat berpartisipasi aktif dalam pembangungan militer matra cyber, diantaranya bahkan terlibat perang keyboard ini. Untungnya Kemhan dan TNI sudah beraksi dengan mulai membangun kekuatan pertahanan Cyber secara bertahap, selain SDM handal juga diperlukan political will dari pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana sistem pertahanan cyber termasuk kepemilikan Satelit Militer. Jangan sampai negara sebesar Indonesia hanya menjadi penonton dan penikmat drama konfliks romantis di panggung dunia digital/cyber.
Buatan sendiri
Tak perlu diragukan lagi apakah putra putri Indonesia dapat membuat sendiri sebuah satelit. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), sebagai lembaga yang mewadahi perkembangan teknologi antariksa termasuk satelit pernah bekerja sama dengan Jerman membangun mikro Satelit komunikasi Tubsat -1 (LAPAN A1), dan kini sudah berhasil membuatnya sendiri dengan nama Tubsat-2 (LAPAN A2). Riwayat keberhasilan tersebut merupakan pondasi kuat dan sebuah pembuktian tersendiri ranah sains teknologi satelit meskipun masih sangat sederhana. Berbeda dengan jenis satelit lainnya, satelit Militer relative lebih super kompleks, sepertinya Kementrian Pertahanan dan Lapan perlu menggandeng pihak lain yang sudah mature dalam industry satelit militer, dalam skema asistensi atau Transfer Teknologi (ToT).
Beberapa Negara yang sekiranya lebih menjanjikan untuk dimintai kerjasamanya antara lain, Rusia, Korea Selatan, China, India, dan Iran. Kenapa menjanjikan? Selain skeptis dengan Negara Barat, Negara ini tengah menjalin hubungan yang sangat mesra, baik dalam hal diplomasi maupun adanya kerjasama-kerjasama strategis seperti pembelian senjata, sedangkan Iran Negara ini sedang sangat terbuka pada Negara mana saja yang ingin menjalin kerjasama apalagi Indonesia, Iran tengah membutuhkan banyak dukungan internasional bagi hak nuklirnya dan ekonomi guna memenuhi kebutuhan industrinya yang tengah bangkit.
Tantangan
Selain memproduksi Satelit militer dengan kemampuan mumpuni, Salah satu tantangan terbesar lain adalah bagaimana cara mengirim dan mengorbitkan satelit sendiri, dan implikasi dari peluncuran satelit militer oleh Indonesia yang berpotensi menyebarkan rasa Panik dan cemasnya bagi Negara kawasan, yang dikhawatirkan ikut memanaskan kompor perlombaan senjata (arm race). At Least, akan sulit rasanya apabila kita tak dapat mengirimkan satelit militer sendiri, adanya ancaman sabotase merupakan pertimbangannya meski secara kasat mata hampir tak ada bedanya dengan satelit sipil ato GPS.
So, Satelit militer dan Roket peluncur satelit adalah alat strategis yang saling berkaitan. Bila teknologi ini dapat Indonesia kuasai, maka negeri ini akan segera sejajar dan bergabung bersama negara-negara ELITE Asia seperti Jepang, Korea, China, India, dan Iran. Prestige dan Kewibawaan Republik Indonesia makin bertambah, disegani lawan maupun kawan. Amin
|Â Kasamago
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H