[caption id="attachment_354314" align="aligncenter" width="300" caption="kaskus.co.id"][/caption]
Pada peringatan ke 69 Hari Ulang Tahun Korps Brigade Mobil Kepolisian Republik Indonesia (Brimob Polri) terjadi sesuatu peristiwa bersejarah, yakni peresmian penggunaan kembali seragam PDL (Pakaian Dinas Lapangan) Loreng Brimob Polri melalui Surat Nomor : Kep/748/IX/2014 tentang Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Loreng bagi personel Korps Brimob Polri. Kapolri Jend Sutarman beralasan, PDL loreng lebih memberikan rasa aman dalam operasi di medan tempur, khususnya terkait kamuflase sehingga dapat membaur dengan keadaan lingkungan di sekitar. Seragam loreng Brimob bukanlah hal baru, tetapi sebuah bentuk penghormatan pada nilai perjuangan historis Brimob bagi Ibu Pertiwi di masa silam. Dalam sejarahnya, Pasukan Paramiliter Polri dilengkapi dengan Seragam loreng ala militer, saat itulah Brimob berhasil membuktikan diri sebagai pasukan elit kepolisian walaupun rekam jejak torehan prestasi dan nama besarnya di anak tirikan oleh sejarah.
Mengenal Seragam Loreng
Sejarah seragam loreng korps Brimob tak bisa dilepaskan dari sejarah pra kemerdekaan Republik Indonesia. Terlahir pada jaman penjajahan jepang di nusantara bernama Tokubetsu Keisatsutai atau Pasukan Polisi Istimewa. Setelah Kemerdekaan RI Polisi istimewa berperan aktif bersama tentara dan laskar pejuang lain dalam kancah perang kemerdakaan seperti Pelucutan tentara Jepang dan Perang 10 November Surabaya. Pada tahun 1946, Sutan Syahir mengganti nama Pasukan Polisi Istemewa menjadi Mobile Brigade (Mobrig). Dimasa konflik pemberontakan dekade 1950, Korp Mobrig membentuka pasukan elit Ranger yang kelak berganti nama menjadi Resimen Pelopor dan Seragam loreng Mobrig untuk pertama kalinya digunakan.
Pasca perang kemerdekaan, kiprah Pelopor terus bergema bersama militer, antara lain upaya penemupasan pemberontakan-pemberontakan di daerah (DI/TII, APRA, Andi Azis, PRRI/Permesta ) ,Kampanye Trikora merebut Irian Barat , Penumpasan G-30S dan Operasi Seroja di Timor Timur. Sebagai salah satu pasukan elit dari korps Bhayangkara, Pelopor juga direkut oleh Bung Karno untuk mengirimkan personil terbaiknya bergabung bersama Resimen Khusus Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Soekarno dimana personilnya direkut dari berbagai kesatuan elit salah satunya Pelopor. Penggunaan seragam PDL loreng Brimob terakhir adalah saat penugasan operasi Seroja di Timor Timur, setelah itu dalam opearsi lapangan selanjutnya Brimob tak lagi berseragam loreng.
Begitulah sejarah panjang sepak terjang pasukan baret biru dengan seragam lorengnya, penggunaan kembali PDL loreng seperti di masa perjuangan semoga tidak semakin menambah atau meningkatkan rasa kesenjangan, gesekan dan ego dengan kalangan militer yang sudah identik dengan seragam loreng. Brimob adalah ujung tombak pertama dalam rangka menjaga keamanan dalam negeri seperti terorisme atau pemberontakan, sebagai aparat sipil penugasan Brimob lebih tepat untuk berbagai operasi yang harus berhadapan dengan sesama anak bangsa, penggunaan militer langsung ditakutkan akan menimbulkan kesan buruk bagi image militer dimata sipil. Pada kasus Pemberontakan GAM di Aceh, Brimob lah yang pertama ditugaskan untuk menumpas secara aktif. Militer baru dilibatkan ketika level kesulitan melawan GAM sudah memasuki taraf perlunya operasi militer sesegara mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H