Mohon tunggu...
Karyo Sumarto
Karyo Sumarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang lulusan sekolah menengah atas di surakarta, S1 sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang dan dropout dari S2 perguruan tinggi negeri di Jogja, bukan anggota LSM, bukan aktifis HAM, bukan pengamat khusus, bukan pula politisi, bukan PNS dan masih berusaha memaksimalkan potensi diri... hanya ingin menulis rasa

Seorang lulusan sekolah menengah atas di surakarta, S1 sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang dan dropout dari S2 perguruan tinggi negeri di Jogja, bukan anggota LSM, bukan aktifis HAM, bukan pengamat khusus, bukan pula politisi, bukan PNS dan masih berusaha memaksimalkan potensi diri... hanya ingin menulis rasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Kasar Karena Saya Bersih

13 Maret 2016   14:28 Diperbarui: 13 Maret 2016   14:53 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ungkapan seperti pada judul diatas saat ini digunakan untuk melegitimasi bahasa kotor, bahasa kasar, dan dalam beberapa aspek menggiring opini bahwa yang tidak kasar berarti tidak bersih.

Otak manusia sangat mudah didoktrinasi apabila menggunakan teknik yang benar, doktrinasi dengan memberikan informasi secara terus menerus, doktrinasi dengan logika yang disampaikan secara berkesinambungan dan kontinuw. termasuk dalam hal ini logika bahwa berani kasar berarti bersih, karena kalau saya tidak bersih berarti saya tidak berani kasar.

Logika ini sebenarnya logika sesat, logika setengah, tetapi sayangnya apabila logika ini terus digaungkan maka akan menjadi pembenaran terhadap uangkapan kasar, bahkan sampai pada tindakan kasar. dan bangsa ini akan menjadi bangsa kasar, bangsa kekerasan dengan dalih kebenaran.

Logika-logika setengah atau kasarnya logika sesat ini seakan menghilangkan opsi lain, menghilangkan pilihan lain yaitu santun dan bersih, halus dan tidak korupsi, ungkapan semacam itu apabila terus digaungkan maka akan mendoktrinasi otak manusia, bahkan sampai pada anak-anak bahwa untuk membuktikan bahwa kita bersih maka kita harus kasar, sebab kalau kita tidak berani kasar berarti belum tentu bersih. Menggiring otak manusia, otak anak-anak kita untuk lebih mengarah pada pilihan lebih baik kasar dari pada korupsi, membunuh pilihan lain yang jelas lebih baik secara etika maupun hukum yaitu santun dan bersih.

Jangan benturkan pemilih dengan 2 pilihan, kasar tapi bersih atau santun tapi korup. karena ada pilihan yang lebih baik.

Tulisan ini bisa digunakan untuk membentuk pilihan baru, membuat pilihan yang lebih baik.

Akan ada pembenaran lain dari ungkapan itu :

Masyarakat sekarang kalau tidak dikasari maka tidak bisa patuh, masyarakat sekarang kalau dengan cara halus akan bandel.

Bila itu yang digunakan maka anda butuh sedikit membaca buku psikologi dasar manusia, mungkin anda bisa baca bukunya Dale Carneigi yang berjudul how to win friends and influence people" atau buku psikologi agama islam berjudul "Aina Nahnu Min Aqlaqis salaf"

Kalau tidak mau baca buku silahkan mencontoh Jokowi, Ridwal Kamil, Risma dan pemimpin lain yang tidak menggunakan kekerasan dengan alasan kebenaran.

Karena bisa jadi kekerasan itu untuk menutup keburukan, kekerasan itu untuk menutup ketidak mampuan. kekerasan itu untuk menutup kesalahan masa lalu.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun