Jika pembaca sudah tamat salah satu novel kemudian berselang beberapa tahun novel tersebut di angkat menjadi film. Maka apa yang terjadi? tentu yang terjadi adalah gerundel, kecewa, dan bahkan mangkel. Itu semua terjadi karena imajinasi pembaca jelas berbeda dengan cinephile.
Sebab, imajinasi pembaca merupakan wujud dari imajinasi penulisnya. Apa yang ditulis oleh kreator maka itulah yang diimajinasikan pembaca. Sedangkan untuk cinephile, imajinasi terbaik adalah imajinasi yang sudah direalisasikan dalam bentuk audio dan visual.Â
4. Media yang Berbeda
Kita tahu media pembaca novel dan media cinephile juga tidak sama. Kenapa? ini dikarenakan oleh penyajian medianya sendiri. Jika novel disajikan sebuah cerita untuk dijadikan visual lewat aktivitas membaca. Namun, pada film kita juga disuguhkan audionya pula. Pada film kita tahu istilah visual atau pesan lewat gambar yang tidak perlu diutarakan dengan kata-kata. Selain itu, market utama pada film adaptasi adalah penikmat bentuk asalnya (pembaca buku).
Tapi tunggu dulu, Kita juga harus sadar bahwa penikmat bisa saja dari khalayak umum yang pertama kali mengkonsumsi cerita lewat film dari adaptasi buku. Jadi orang-orang awam yang belum pernah membaca dan tidak tahu menahu dengan novel yang sudah menjadi film akan langsung mencernak dan menggaris bawahi pesan serta alur cerita dalam film yang diadaptasi langsung dari sebuah novel. Lebih tepatnya mereka mendapatkan feel dari film itu sendiri dan bukan dari novel atau buku aslinya. Alhasil, akan ada perbedaan makna dan cerita yang didapatkan anatar pembaca dan cinephile.
5. Visi Kreator (Penulis dan Film)
Secara umum ada beberapa garis besar yang dijadikan visi oleh penulis yaitu menicptakan cerita dengan skema imajinasi fiksi, menyelipkan pesan nyata pada kefiksian itu sendiri, membuat pembacanya mengimajinasikan realita yang ditulisnya, dan nilai ekonomis. Namun pada film, merealisasikan imajinasi sang penulis dan nilai ekonomis.
Perbedaan ini jelas nyata adanya. Sebab para kreator film akan merealisasikan imajinasi sang penulis melalui audio dan visualnya. Pesan pada film adaptasi cenderung kurang lengkap dari pesan yang ditampilkan oleh buku, Ini disebabkan karena terbatasnya waktu dalam dunia perfilman. Nilai ekonomis penulis hanya perlu memikirkan bagaimana cara menembus penerbit saja.
Untuk menembus penerbit tentu harus memenuhi syarat si penerbit. Sedangkan film harus memikirkan 2 unsur ekonomisnya yaitu dalam Tim dan luar Tim. dalam tim Artinya pengeluaran budgeting kesemua departemen. Sedangkan luar tim artinya pendistribusian atau target market dalam pembuatan film.
Dari alasan itulah munculnya pro kontra dalam film Bumi Manusia. Terlepas Dilan sebagai pelampiasan oleh Khalayak umum. Mereka yang pro dan kontra tidak semata-mata ingin menjatuhkan dan menindas salah satu aktor.
Namun era milinial, kerapkali film hanya dijadikan suatu ajang keromantisan tanpa mengutamakan pesan utama dalam novel yang diadaptasi. Ini semua juga tidak terlepas dari kebiasaan dan bumingnya film romantis di Indonesia. Artinya, penikmat film di Indonesia hanya memandang sebuah film dari segi tren masa kini.