Malam....
aku yang membuat serabut
Ia memberikan kabut
aku terombang ambing
Kau memberikan kenikmatan beriring
Sunyi ini mengantarkan bahasa
mengenai sebuah jayaNya
yang menemaniku menikmati arogan dunia
Lihat bingkai langit memberi cahaya,
senyuman bulan purnama
Seribu awan bercengkrama dengan bintang;
kadang bertabur cemas
dan kadang rupa milikNya
Aku masih terbayang
bagaimana kuasa seluas itu,
memberi kenikmatan yang masih tabu
akan panjang luasnya
Kala aku berfikir mengenai takdir
sulit atau indahnya hidup
Ia masih bertengger memberi lorong pintu
Bersama dingin masih ku rasakan
hayalan tentang jiwa, hati, dan kasihNya
berbaris panjang, adakala melingkar bulat
dan adakala bersipu dalam sucinya tiang-tiang putih
Meski insan masih buta,
Kau setia berbaring menjadi pijakan dusta
Inna lillah
Masih berduka
sekarang, besok, dan lusa
masih sama akan berlabunya sendu
di telapak pintu awan dan
aku masih bersenandung dengan hayalan
malam ini sebagai bukti
bahwa
ketenangan bukan hanya dalam benderang sinar mentari
CintaNya masih menebar suci
Bukan malam adalah hak mimpi
Dalam siang kesibukan diri
Salam
Jember, 08 November 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H