Saya menarik napas panjang dan menjawab: “Bayangkan notebook kesayangan kamu. Kamu membawanya kemanapun kamu pergi. Kamu menyimpan gagasan dan rahasia-rahasiamu di dalamnya. Begitu berartinya notebook itu hingga kamu memperlakukannya dengan hati-hati dan merawatnya sepenuh hati. Sekarang bayangkan seorang ibu yang mengandung anaknya selama sembilan bulan. Betapa kuatnya ikatan yang terbentuk antara ia dan anaknya. Karena itu ia rela melakukan apa saja untuk keluarganya, terutama anak-anak yang tumbuh di rahimnya, meski itu berarti mengorbankan kesehatan bahkan nyawanya sendiri.”
Saya terdiam sejenak lalu melanjutkan, “Perempuan mungkin tidak mengeluh meski menanggung beban ganda tugas produktif dan reproduktif setiap hari. Tapi tidak perlu menunggu seorang perempuan jatuh pingsan, sakit, atau meninggal dunia untuk menyadari betapa tidak manusiawinya membiarkan seorang perempuan yang sedang hamil tua mencurahkan tenaga untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, sementara suami dan laki-laki dewasa lain di keluarga itu duduk menonton TV sambil menikmati sebatang rokok..”
Saya tahu jawaban saya terdengar sangat emosional. Jawaban panjang lebar itu dibayangi kekhawatiran bahwa saat itu mungkin merupakan satu-satunya kesempatan saya untuk membangun pemahaman tentang pentingnya relasi jender yang egaliter di benak para mahasiswa tersebut. Namun ketika saya menyapu hadirin dengan memandang mata mereka, entah kenapa saya percaya bahwa setiap orang yang hadir di ruangan tersebut telah mendapatkan pencerahan.
Isu jender bukan semata-mata masalah perempuan. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menikmati hidup dan kehidupan yang sejahtera dan membahagiakan. Untuk itu, sebagai sesama makhluk Tuhan, laki-laki dan perempuan mestinya membangun relasi yang dilandasi oleh rasa hormat dan penghargaan satu sama lain. Saya berharap pengalaman tidak menyenangkan yang saya ceritakan di awal tulisan dapat menggugah kesadaran bahwa kita semua memiliki andil untuk mewujudkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H