Kini aku tidak akan lagi menjaga hatiku untukmu
Tapi aku akan menjaga hatiku untuk Dia…
Duduk mendekap lutut dipagi sedingin ini. Menghambur khayalan bersama basahnya air hujan. Dan ditemani secangkir wedang jahe yang cukup untuk menghangatkan tubuh yang setengah menggigil karena kedinginan. Ya, subuh tadi sudah mulai turun hujan. Dan sekarang hujan itu semakin rapat dan banyak. Aku tersenyum mengingat kamu yang sudah mengusik hidupku yang sebelumnya ku rasa tenang. Mengurai air mata dan diam dalam renungan yang sangat panjang. Tidakkah kamu punya perasaan, sampai kamu tega meninggalkan bekas luka ini.
Kucoret sebaris kata-kata diselembar kertasku. Sekilas tadi kisahku. Kisah yang kubawa untuk mewarnai liburanku. Galau. Liburan yang sangat membosankan dan membuatku gelisah tak karuan. Tapi aku senang, aku jadi punya inspirasi lain untuk menulis dan kembali mengukir semua. Sempat bingung saat tugas menulis harus aku selesaikan dengan tema liburan. Aku tersenyum. Seperti anak SD saja yang dapat tugas mengarang tentang bagaimana hari-hari liburan yang sudah dilewati. Aku berpikir satu hal baru. Satu hal yang mungkin jarang orang lain pikirkan, yaitu tetap menulis meskipun hati galau. Hahaha…..
Galau mungkin jadi hal positif kalau kita bisa mengarahkannya menjadi hal yang bermanfaat untuk kita. Entahlah, tapi rasa ini menyiksa sekali. Bukan diriku saja mungkin banyak juga orang lain dengan segudang masalahnya masing-masing. Tapi katanya galau itu proses, proses untuk mengetahui bagaimana kepribadian kita dan kedewasaan kita saat ada hal-hal yang benar-benar harus diselesaikan dengan cara yang lebih baik dan tidak menimbulkan masalah lain.
Bicara apa sih aku ini. Kulempar pandanganku kearah kerumunan hujan. Kunikmati saja apa yang ada dihadapanku sekarang. Kenapa harus melayang kemana-mana. Meskipun aku suka berkhayal, tapi kalau sudah begini, break dulu lah khayalannya. Aku tersenyum, menyeruput wedang jahe yang kupegang.
Ini minggu ketiga aku dirumah. Nggak ngapa-ngapain kecuali mengerjakan pekerjaan rumah. Biasa, kata ibu kalau dikampus kamu belajar seperti layaknya mahasiswi lain. Ngerjain tugas, belajar, ibadah, makan, tidur dan bla-bla. Tapi kalau dirumah kamu harus belajar jadi perempuan yang bener. Bisa masak, bisa nyuci, bisa pekerjaan rumah yang lain dan bla-bla. Kapan lagi kamu belajar kalau nggak sekarang ini. Ya ya ya, benar memang. Segede ini masa nggak bisa ngapa-ngapain.
Memang dari awal aku menginjakkan kaki dibumi Kalimantan aku ingin belajar jadi ibu rumah tangga. Seperti tergesa-gesa? Haha, tidak juga. Semua butuh proses. Ini belajar untuk jangka panjang tidak hanya dihari-hari ini saja. Dan lagi aku ingin agak gemukan. Masa temen-temenku bilang aku ini kurus pake banget. Hadeh, mereka itu liat dari mananya sih. Kayaknya aku masih jauh dari body biting, tau kan biting apa an?? Itu loh sapu lidi. Lebay mereka itu. Dimana-mana cermin yang aku tanya selalu bilang kalau aku udah ideal. Hahaha, biarlah menghibur diri dulu. Tapi memang bener kok. Aku nggak kurus nggak juga gemuk. Tetp aja maksa. Hahaha…
Udah puas nih duduk santai disini. Gelas wedang jaheku pun tampaknya sudah kosong. Dan lagi badanku lumayan angetan. Hujan mulai berubah menjadi rintik yang menari-nari dan berlomba menjatuhkan diri kebumi cintaku. Aku beranjak dari dudukku. Kayaknya ada sesuatu yang harus aku lakukan pagi ini. Biar nyonya besar tidak marah. Haha……
****
Cinta itu lembut, bisa dirasa meskipun tak tampak kapan dia menyentuh.
Datang dan pergi begitu saja
Ia membawa warna lain nan elok
Dialah anugerah terindah yang dikirim Tuhan untuk umatNya
Dan dia pula satu amanah Tuhan agar manusia tetap menjaganya
Jika kau benar memperlakukan cinta, kau akan bahagia
Namun jika kau salah kau akan menangis karenanya
Sebenarnya apa sih makna cinta? kuusap dahiku. Sepertinya liburanku kali ini bertema cinta. tak lepas aku memaknai hari dengan cinta. karna aku ingin tahu seperti apa sebenarnya cinta. Cinta yang melukaiku dihari kemarin dan aku harap membawa aku bahagia dihari esok. Harapan harapan harapan. Selalu ada kata-kata itu disetiap pagi yang membangunkanku dari buaian malam sampai aku menemui malam lagi selalu ada akhluk yang bernama harapan.
Kusimpan rasa penasaranku itu. kubungkus rapih. Dan aku harap tak satu orangpun tau. Nantilah ada saatnya aku menyuarakan apa yang sudah aku dapatkan. Pasti…!!!
Hari ini aku akan pergi keluar kota. Ada reuni dengan sahabatku masa SMP dulu. SHONIZARINA. Begitulah singkatan nama-nama kami. Sholehah, Nikki, Zakiya, Riri dan terakhir Marliyana. Tapi sayang liburan kali ini kita nggak lengkap lima orang. Karena Riri menghabiskan liburannya di Jogja. Tak apalah, lain kali mungkin bisa kita kumpul lagi bareng-bareng.
Menikmati perjalanan. Kami ukir saja seindah mungkin moment kumpul ini. Dengan apa pun itu, yang penting tak mengocek terlalu dalam saku. Haha, maklum belum bisa cari penghasilan sendiri. Tangan masih dibawah. Nggak pantas hura-hura. Ada penghasilanpun dianjurkan hidup sederhana. Yang penting barokah. Hasil ngaji tadi pagi nih. Haha… tipi tuh buat cari informasi jangan nonton kartun ama senetron aja. Haha, padahal yang nulis ini pun suka nonton kartun dan senetron. Kan yang penting kita bisa mengambil sisi positifnya. Selama kita bisa menyadari hal demikian, aku rasa nggak masalah.
Nulis apa lagi aku nih, jadi bingung. Kubolak-balik aja lembar kertas dimejaku. Barangkali nemu inspirasi. Oiya, lupa. Aku belum bilang kalau ini liburan pertama yang paling lama dirumah dan paling lama nganggurnya. Huahaha… serasa jadi zombie. Tapi zombienya nggak separah kalau ada dikost. Mati gaya sudah. Nggak ngapa-ngapain. Kalau dirumah lumayanlah bantu sana-sini meskipun cuma pagi dan sore. Siang, loooooossss. Merem. Hahaha… ngapain coba siang bolong yang serasa matahari ada diatas kepala kalau nggak tidur. Jalan-jalan? Goshong ntar. Ini aja udah goshong. Ckakak ckakak…
Udah ah, kayaknya tinta bolpoinku mau habis. Hahaha… Padahal alasan aja. Orang aku nggak nulis. Ngetik. Nggak papalah. Hari ini berkarya sudah. Ups, maksudnya sudah berkarya. Nggak usah banyak-banyak yang penting rutin nulis tiap hari. Bethul apa bethul? Pasti betullah… pisau kalau sering diasahkan akan selalu tajam. Gitu juga kemampuan kita menulis. Mulai dari hal kecil. Hal kecil yang istiqomah bisa jadi besar kok. SEMANGAT….!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H