Aku selalu bisa tersenyum walaupun hanya sekedar melihatmu. Iya, cukup melihatmu saja aku bisa tersenyum. Entah sejak kapan decak kagum ini hadir dihatiku, dan sekarang aku harus bertanya apakah ini hanya kekaguman semata. Aku berharap jawabanya iya. Aku berharap ini benar-benar sekedar kekagumanku karna kepolosanmu dan segudang ilmu diotak kecilmu itu. Sejak awal mengenalmu, hatiku bilang kamu berbeda. Tapi entah dari segi apa. Lalu diam-diam hatiku ingin mengamatimu dari kejahuan. Benar saja, ada sesuatu yang berbeda darimu, itu membuatku semakin mengagumimu. Iyah, aku mengagumimu. Aku ulang, aku mengagumi.
Jika saja Tuhan mengizinkan, aku ingin menyampaikan salamku lewat embun pagi. Agar kau tahu, setiap pagi datang aku selalu berharap bisa melihatmu, melihat senyummu yang sebenarnya biasa saja dan nggak jauh berbeda dari yang orang lain punya. Tapi entah, aku tak bisa menjelaskannya. Aku tak bisa menggambarkan apa yang hati ini rasakan melalui tulisan. Initinya aku senang, senang melihatmu tersenyum. Itu saja. Titik.
Allah menulis skenario ini pasti memiliki tujuan. Allah mempertemukanku denganmu dan kamu bertemu denganku pasti ada satu hal yang ingin Dia sampaikan agar kita memahami makna dan belajar dari semua ini. Aku berharap waktu tidak mengulang kejadian buruk yang menimpaku atau kamu dimasa silam. Aku berharap waktu memberikan kita untuk lebih lama tersenyum dan menikmati keadaan seperti ini saja. Tak mengenal yang membuat sakit atau sakitnya bahkan lukanya.
Awal aku menyadari, aku sangat khawatir. Aku takut sakit dan menyakitimu. Aku takut mengulang masa laluku dan membuatmu merasa mengulang masa lalumu. Aku tak ingin itu terjadi dan memilih untuk menyimpan kekaguman ini dalam diam sampai waktu mengizinkan kamu tahu bahwa aku sudah menulis ini untukmu.
Dulu ketika aku menyadari rasa kagum ini ada, aku berharap dan sangat berharap kamu tidak lebih mendekat atau lebih menjauh, tetaplah disana. Tetaplah ditempatmu berdiri. Tetaplah menyakini keyakinan yang sudah kau pegang selama ini. Tetaplah menjadi seperti yang kau ingini. Jangan mendekat padaku, aku terlalu takut, aku terlalu penuh kekurangan dibandingkan denganmu dan aku tak bisa mengimbangi langkah besarmu. Lalu aku hanya bisa berharap, perasaan ini mengering seiring terik matahari yang menyinari bumi. Terhapus karna bulir hujan. Terbang bersama hembusan angin dan hilang bersama kelamnya malam.
Aku bisa menjelaskan sekarang, tentang ucapanmu malam itu. Ketika ad orang menjauhimu, kamu merasa kamu yang penuh kekurangan. Tidak, kali ini aku menjaga jarak denganmu, karna aku merasa tak bisa mengimbangimu. Sekalipun tak ada yang sempurna, tapi aku merasa aku tak baik untuk dekat denganmu.
Semakin hari bertambah, semakin ada yang berbeda. Meski setiap pagi mentari dan embun yang sama menyapaku, harapanku sudah semakin menjauh dari lingkar amannya. Aku merasakan hal yang sama padamu, kamu semakin mendekat dan dekat. Entah sedekat apa, aku tak ingin memaknainya. Aku terlalu takut. Iyah, lagi-lagi aku takut sakit, terlebih lagi jika aku menyakitimu. Aku tak ingin itu terjadi. Sebab aku meyakini jika Allah mengirimku hadir di harimu untuk membantumu mengobati luka lama bukan menyakiti dan menambah luka lama itu.
Lalu bagaimana, q menjelaskan padamu bahwa ada yang berbeda diantara kita. Bukan kita, tapi aku. Aku memiliki pandangan yang beda ke arahmu. Jika aku bisa menyanyikan sebuah lagu, aku ingin menyanyikan lagu Raisa “jatuh hati” untukmu. Itu gambaran sederhana tentang apa yang aku rasakan. Hehe, biarkan Raisa saja yang menyanyikannya untukmu. I’m not singer i’m writer. Aku bisa menjelaskan semua ini hanya lewat tulisan. Maaf aku nggak seberani yang kamu kira. Tapi aku bahagia bisa menulis ini, terlebih jika kau berkenan membacanya. Karna ketika kamu membacanya, kamu sedang membaca hatiku. Iya, hati yang mudah nyaman dan mudah terluka ini.
Biarkan diamku menjagamu, seperti itu pula pilihanku untukmu. Meskipun itu pilihanmu untuknya. Aku hanya bicara lewat tulisan sederhana yang mewakili hati. Tapi aku tak berharap kamu memiliki sesuatu yang sama denganku. Cukup bagiku, kamu tahu apa yang ada dipikiran dan hati kecilku ini. Jangan beri jawaban padaku tentang apa yang kamu rasakan. Simpan saja sendiri. Biarkan aku tetap tidak tahu. Biarkan semua berjalan seperti ini adanya. Biarkan coretan Tuhan yang merubah segalanya.
Bagiku, ini sudah lebih dari cukup. Berbicara lewat bait-bait bisu. Aku yakin kamu memahami apa yang tertulis sederhana ini dan biarkan dia tetap pada tempatnya. Sesuatu yang berlebihan akan menimbulkan luka yang lebih dalam. Setelah ini aku hanya ingin melihat senyummu. Iyah, senyum yang selalu mampu membuatku tersenyum.
“Dan ku akui hanyalah dirimu yang bisa merubah segala sudut pandang gila, yang ku rasakan tentang cinta yang selama ini menutup pintu hatiku, yang kini tlah kau buka”