Sukasari merupakan salah satu nama desa yang berada di kecamatan singkup kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan barat yang merasakan akibat dari kurang meratanya pembangunan ekonomi dari pemerintah. Jarak dari desa tersebut untuk mencapai ke kota sekitar lima jam di tempuh dengan motor. Jika dilihat dari peta desa tersebut berada di pojok kiri bawah peta Indonesia bagian Kalimantan barat. Karena berada di pelosok menyebabkan desa tersebut terlambat mendapatkan berbagai perkembangan teknologi maupun non teknologi seperti tower. Bisa bayangkan jika di suatu daerah yang luasnya seperti kota Yogyakarta hanya ada satu tower?. Yang akan terjadi adalah tidak merata jaringan di daerah tersebut.Â
Bagi yang memiliki jarak dekat dengan tower it's not problem, namun bagi yang memiliki jarak jauh dengan tower, Mereka harus mencari cara agar bisa mendapatkan jaringan seperti mencari tempat yang lebih tinggi dan luas agar tidak terhalang oleh apapun dikarenakan banyaknya perusahaan-perusahan yang menanam sawit.Â
Dari masalah tersebut menimbulkan banyak ketertinggalan informasi yang terjadi diluar sana. Selain informasi juga berdampak pada teknologi untuk mencari sinyal mereka memasang antena pada telepon agar cepat memperoleh jaringan. Bagi pelajar sendiri hal itu secara bersamaan menguntungkan dan merugikan mereka sebab untung karena hal tersebut membuat mereka mandiri dan bergantung pada teknologi dan rugi karena mereka tertinggal dengan anak-anak yang mudah mengakses apapun dengan teknologi.
Ada lagi masalah lainnya yaitu penerangan(listrik) dan pembangunan jalan. PLN bagi orang yang tinggal didaerah-daerah kota ataupun provinsi mereka sudah bisa merasakan PLN dari tahun 2000 an sedangkan untuk desa Sukasari PLN masuk ke desa tersebut sekitar tahun 2021 lalu dengan Kualitas yang masih sangat minim. Sebelumya penerangan mereka menggunakan Diesel atau Generator yang dimanfaat oleh desa Sukasari untuk penerangan satu desa. Mereka membuat jadwal hidupnya listrik yaitu, dari jam 17.00-22.00 hidup lalu seterusnya mati, lalu hidup lagi dari jam 03.00- 05.00 lalu mati lagi. Siklus tersebut yang digunakan sebelum masuknya PLN. Untuk metode pembayarannya ialah Mereka membayar langsung ke desa sejumlah tegangan listrik yang digunakan.
Selain penerangan (listrik) ada juga pembangunan jalan yang masih sangat memprihatinkan. Dikarenakan belum diaspal maka jalan di sana dibuat dengan timbunan batuan dan tanah merah yang diratakan dengan bulldozer agar padat yang mana bila panas akan sangat berdebu dan bila hujan jalan tersebut akan licin dan amblas. Hal tersebut menyebabkan banyak sekali kendaraan baik roda dua maupun roda empat tidak bertahan lama dikarenakan faktor hujan yang membuat tanah terkikis berlubang sehingga batu yang sebelumnya tertimbun olah tanah keluar dan menggesek bagian bawah kendaraan. Selain itu juga banyak mobil dan motor yang tergelincir karena tanah menjadi licin yang serta merta bisa menyebabkan kecelakan seperti kepater (roda yang sudah masuk kelubang susah dikeluarkan walau sudah di tarik gas nya) hal tersebut hanya bisa diatasi dengan bantuan alat berat seperti excavator dan grader. Kecelakan yang lain yaitu bisa tergelincir masuk kedalam paret (selokan tetapi lebih besar dan dalam) itu juga hanya bisa diatasi dengan bantuan alat berat.Â
Lihatlah betapa seriusnya masalah-masalah yang terjadi pada desa ini. Masyarakat di sana hidup saling gotong royong sehingga masalah-masalah tersebut menjadi faktor yang mempererat tali persaudaraan. Sebagai contoh saat ada jembatan yang menghubungkan antara jalan satu dengan lainnya rusak yang mana jalan tersebut merupakan jalan utama keluar masuk dari desa satu ke desa lainnya, masyarakat akan saling tolong, bergotong royong, iuran agar masalah tersebut terselesaikan. Hebatnya orang desa dengan orang kota adalah jika orang desa memiliki kepekaan jiwa sosial yang tinggi, dan kekeluargaan sedangkan orang kota lebih individualisme dan acuh.Â
Dibalik banyaknya permasalah yang dialami desa Sukasari ada banyak juga keindahan-keindahan yang hanya bisa diperoleh jika kita kesana. Suasana tentram dan udara yang masih bersih membuat semangat pagi untuk bekerja dan belajar. Banyaknya pepohonan memanjakan mata untuk selalu menikmati keindahan alam yang disuguhkan. Oleh karena itu marilah kita syukuri apa yang bisa kita nikmati saat ini, apa yang kita dapatkan tidak semua orang bisa mendapatkannya juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H