Mohon tunggu...
tuji hartono
tuji hartono Mohon Tunggu... -

Salam,\r\nHanya pingin ngerti berbagi, Terima kasih :D\r\n\r\n------\r\n\r\nJl. Gajahmada I/16-G, Kota Pasuruan

Selanjutnya

Tutup

Money

Melihat Komunitas Berlian di Pasuruan

28 Desember 2010   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12935298551797226628

[caption id="attachment_82220" align="alignleft" width="300" caption="Sekelompok warga keturunan Banjar sibuk dengan berlian di sebuah gang kecik daerah Kauman, Bangil, Kab Pasuruan. "][/caption] PASURUAN - Ada yang menarik jika kita jalan-jalan pagi ke kampung daerah Kauman, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Di tempat ini tampak sekelompok warga berkerumun memadati sejumlah teras rumah yang berada di sepanjang gang Kauman. Dari jauh, sebagian mereka tampak tengah ngobrol santai dan sebagian lainnya terlihat sibuk menggosok-gosok membersihkan sesuatu, kemudian melihatnya dengan sebuah alat kaca pembesar seukuran ibu jari. Setelah mencoba mendekat, wah, ternyata mereka adalah sekelompok pedagang permata batu berlian yang bernilai ratusan juta rupiah!. Terlihat tumpukan berlian beragam bentuk dan ukuran begitu indah. Berlian yang digunakan sebagai perhiasan, seperti cincin atau kalung menawan, juga tidak ketinggalan berada di depan mereka yang tengah duduk bersila di atas lantai. Salah satu pedagang sekaligus perajin batu berlian, M. Yasin (40) mengaku bahwa seluruh pedagang berlian di gang kecil yang telah menjadi sentra jual beli berlian di wilayah Bangil ini adalah keturunan suku Banjar, Martapura, Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan. Ia tertarik menggeluti dunia usaha berlian selain karena hasil yang menggiurkan adalah karena rasa kagumnya akan keindahan kilau permata berlian. Keahlian dan aktifitas tersebut mereka tekuni, terutama juga lantaran mewarisi bakat dan tradisi dari nenek moyang yang diceritakan sebelumnnya hijrah ke daerah Kauman ini pada tahun 1954 silam. Kini di gang kecil ini sebuah komunitas pedagang permata dan berlian semakin bertambah menjadi sekitar 60 orang. Perajin dan pedagang ini, sebelumnya mengumpulkan batu intan kemudian diolah hingga terbentuk sebuah permata berlian cantik nan bernilai tinggi. Rata-rata batu intan yang digunakan tersebut diperoleh dari daerah Banjar karena terkenal lebih bermutu dibanding batu intan daerah lain. Dengan keahliannya, sebuah batu intan dibentuk, hanya dengan sebuah mesin penghalus sederhana secara tradsional, hingga terbentuk pola berlian, mulai dari segi delapan, segi 24 hingga segi 32 yang mengkilau gemerlap. Harga yang ditawarkan di tempat ini juga bervariasi mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta rupiah, disesuaikan dengan ukuran dan karat berlian. M. Yasin menjelasakan Karat sebuah berlian semakin baik jika ukuran berlian kecil namun memiliki bobot yang cukup berat. Satu karat sebuah berlian dengan kualitas istimewa, bisa mencapai angka fantastis sebesar Rp 250 juta. "Dulu, sekitar 15 tahun lalu, jumlah orang yang berdagang tidak sebanyak ini, sekarang semakin banyak warga Banjar yang meneruskan hidup dengan berlian di Kauman." terang M. Yasin, sambil menempelkan berlian di ujung jarinya. M. Yasin berhenti sejenak, lantaran kedua tangannya tengah sibuk mengumpulkan ceceran segenggam batu-batu permata warna-warni ke sebuah lembar kain kemudian memasukkannya ke dalam tas terbuat dari kulit. Ia pun melanjutkan dengan menceritakan bahwa saat ini omset penjualan mereka sedikit turun, namun yang membuat lebih cemas adalah semakin sulitnya memperoleh intan yang menjadi bahan baku berlian. Keuntungan tiap kali transaksi mereka hanya sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu saja. Tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan yang mencapai jutaan rupiah. Saat ini dalam satu minggu, mereka berhasil bertransaksi hingga dapat menjual berlian-berlian tersebut hanya sekitar dua sampai tiga kali saja. “Ya kalau ada rejeki bisa berlipat-lipat untungnya, namun kita kan tidak sepenuhnya mengandalkan berlian. Kita kan juga berdagang perhiasan atau permata lainnya.” Lanjut M. Yasin. Ahmad Zaini (60) yang telah puluhan tahun bergelut dengan berlian, juga mengakui dengan beriringnya waktu jumlah para pecinta berlian kian berkurang sehingga cukup mempengaruhi tingkat pendapatannya. Mewakili rekan-rekannya, Ia hanya bisa bermimpi komunitas berlian Kauman Bangil ini dapat lebih berkembang dan mendapat perhatian dari pemerintah setempat berupa kemudahan permodalan maupun kemudahan ruang dalam bentuk pameran secara rutin, sebagai ajang pengenalan kepada masyarakat banyak tentang batu permata berlian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun