Mohon tunggu...
Soepomo Kartolo
Soepomo Kartolo Mohon Tunggu... -

SUARA RAKYAT SUARA TUHAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nabi Jalan Mundur

8 Mei 2012   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

NABI JALAN MUNDUR

AL kisah di suatu desa, ada sesorang pencari sang Mutlak bukan "Imut Item Mutlak". Suatu hari dalam simedinya ia bertemu cahaya yang sangat terang. Dengan sangat senang ia mengatkan pada cahaya terang itu, ingin membebaskan umat manusia dari dosa. Dan cahaya terang itu mengatkan padanya "Ajarkan pada mereka untuk jalan mundur". Sang pertapa itu bingung ;"Bukankah itu ajaran yang aneh, menyuruh orang jalan mundur" : Chaya terang berkata "Eh bahlul, loe mau ikut ajaran ku atau kau kumasukan ke neraka" karena takut sang pertapa itu kemudian mengajarkan ajaran cahaya terang tersebut.

Sesampainya di desa ia mulai berkutbah dan mulai mengajarkan ajaran "Jalan Mundur". Tentu saja warga desa mengolok-ngolok dia dan menganggapnya gila dan melemparinya dengan batu. Karena kesal kemudian sang pertapa itu kembali lagi ke cahaya terang itu. Cahaya terang itu berkata "Memang ajaranku akan di anggap aneh diantara orang sesat, tapi engkau tidak usah kuatir, perangilah orang yg menolak ajaranku, aku akan melundungi engkau"

Kemudian sang pertapa kembali lagi ke desa dan mulai agak keras menjalankan ajaran, dengan penuh keimanan dia mulai mengumpulkan simpatisanya, lambat laun dia mulai banyak pengikut, yang tidak mau di paksa sampai mau jalan mundur. Akhirnya semua masyarakat desa mulai jalan mundur, dan mereka sudah mulai terbiasa. Bertahun-tahun dan generasi demi generasi mereka sudah membiasakan jalan mundur.

Pada suatu pagi nan cerah, seorang pemuda asing sampai ke desa itu, dia berjalan di jalan utama desa. "Desa yang masih perawan" pikirnya dalam hati. Kemudian sampailah dia di alun-alun desa. "Kok desa ini sepi sekali" ucapnya dalam hati. Tapi kemudian tiba-tiba muncul ratusan orang dari penjuru desa dengan berbagai senjata tajam. Kemudian terdengar teriakan "Serang, bunuh. Itu setan yang berjalan ke depan" kemudian penduduk menyerang pemuda itu tanpa ampun. "Bunuh setan berjalan ke depan" ucap mereka histeris.

-soepomo kartolo- jangan pernah mau jadi nabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun