Logo Google. sumber: google.com
Pagi ini, membaca tulisan Pak Renald Kasali di Kompas.com mengenai sharing dan sharing economy, mengingatkan saya pada diskusi singkat dengan seorang teman sore kemarin.
Dua paragraf terakhir dalam tulisan beliau berbunyi seperti ini :
Business model itulah yang sulit dipahami kaum tua. Apalagi, kalau harga jualnya rendah, bahkan digratiskan seperti mesin pencari Google atau media sosial Facebook.Â
Dari mana uangnya? Apakah itu predatory? Jangan sampai kita gagal paham di sini.
Benarkah layanan Google itu ada yang gratis? Jika dilihat secara parsial, mungkin banyak layanan Google yang disediakan secara cuma-cuma. Cukup mempunyai perangkat yang terkoneksi dengan internet, kita akan dapat langsung menggunakan berbagai layanan dari raksasa teknologi ini.Â
Dari mulai mesin pencari, peta, email, penyimpanan file digital online, aplikasi pengolah data online, aplikasi penyimpan statistik online dan masih banyak lagi layanan yang dapat kita gunakan tanpa harus membayar sepeserpun. Apakah hal itu tidak bisa dikatakan CUMA-CUMA alias GRATIS? Ooopsss, tunggu dulu ... ayo kita pikirkan dan kita pilah-pilah dengan jernih.
Saat ini, disadari atau tidak, raksasa Google sungguh telah mengalir dan berdenyut dalam nadi kehidupan sebagian umat manusia. Mereka masuk melalui Android, platform telepon pintar yang telah mereka siapkan jauh-jauh hari.Â
Mereka membuka peluang bagi pengembang-pengembang perangkat lunak untuk membuat berbagai produk dan menampungnya dalam sebuah aplikasi Google Playstore.Â
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, berbagai perangkat lunak pun bermunculan, menawarkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dalam kehidupan nyata.Â
Contoh: Jika dahulu untuk mencari ojek kita harus menunggu atau bahkan berjalan mencari pangkalan ojek, kini cukup dengan menggunakan aplikasi di telepon pintar, dalam waktu singkat ojek akan muncul dihadapan kita, siap mengantar kemana saja.Â