Sebulan lalu kita merayakan hari Raya Idul Fitri. Sejak Covid 19 melanda Indonesia, sekitar dua kali Idul Fitri kita dibatasi bepergian ke luar kota karena masih rentan penularan virus dan capaian vaksinasi  warga masih rendah sehingga pergerakan orang dari kota besar ke kota kecil dikhawatirkan akan meningkatkan penularan virus.
Sehingga bisa dikatakan Idul Fitri lalu adalah Idul Fitri pertama selama tiga tahun ini. Kita bisa mengalami dan menyaksikan antusiasme warga untuk mudik dengan berbagai moda transportasi. Ada yang melalui pesawat udara, ada yang melalui kereta api, bus maupun kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi yang sering dipakai untuk jarak dekat sampai menengah adalah sepeda motor, sedangkan untuk jarak menengah sampai jauh adalah mobil.
Apa yang harus dipersiapkan untuk mengendarai kendaraan pribadi melintasi puluhan bahkan ada yang ratusan kilometer demi bertemu keluarga besar. Pertama adalah kelengkapan surat, perlengkapan mobil yang baik jika bisa diservis terlebih dahulu untuk menghindari kerusakan berat di jalan, kesiapan pengemudi dalam mengemudi pada jarak jauh, terlebih para penumpang adalah keluarga yang kita cintai.
Namun ada satu hal yang sangat penting untuk jadi andalan terutama kita tidak hafal jalan adalah GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi kita di jalan. GPS bisa menunjukkan rute yang harus kita lalui atau jika kita menyimpang sedikit maka akan ditunjukkan jalan untuk kembali ke jalan yang benar. Sehingga bisa dikatakan fungsi GPS itu sangat penting agar pengendara dapat menempuh jalan yang benar.
Kehidupan kita seperti jalan yang harus kita lalui saat mudik sebulan lewat. Kita menuju tujuan "akhir" sebaiknya melalui jalan yang benar dan tidak perlu berbelok arah atau melalui jalan yang salah saat kita menuju jalan akhir itu. Kita punya GPS penting yaitu ajaran agama dimana di dalamnya terdapat ajaran untuk selalu berbuat baik kepada sesama dan alam semesta. Itu adalah salah satu nilai universal yang berlaku untuk banyak agama.
Sehingga kekerasan (terhadap orang /pihak lain) atau merendahkan pihak lain biasanya adalah hal yang tidak dianjurkan dalam agama; atau semacam jalan menyimpang yang seharusnya dikoreksi atau tidak berlaku dalam melakukan perjalan menuju tujuan akhir. Hanya saja dalam menjalani "jalan kehidupan "itu ada saja yang mengajarkan jalan menyimpang dari jalan seharusnya atau menterjemahkan dengan cara salah terhadap jalan yang harus dilalui.
Dalam konteks kejadian penolakan pemerintah Singapura terhadap Ustaz Abdul Somad seakan GPS yang mengingatkan bahwa ada jalan menyimpang yang dilakukan oleh Ustadz itu dalam mengajarkan agama. UAS dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tak dapat diterima oleh multi ras dan multi agama di Singapura. Misalnya, Somad ceramah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'. Selain itu, Pemerintah Singapura juga menganggap Abdul Somad pernah melontarkan pernyataan yang merendahkan agama lain.
Karena itu , kita memang harus mengevaluasi diri, jika jalan yang sudah kita tempuh itu salah, begitu juga sang pengendara mobil dalam hal ini konteksnya adalah para ulama yang mengajar agama kepada umat.
Selayaknya agama diajarkan para ulama dengan benar sehingga kita tidak salah dalam melalui jalan yang harus ditempuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H