Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gunakan Rasionalitas di Dunia Maya

21 Januari 2020   17:01 Diperbarui: 21 Januari 2020   17:47 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika puluhan tahun kita menikmati informasi hanya dari beberapa pihak yang punya akses ke sumber berita, seperti kantor berita atau surat kabar, kini dunia maya adalah salah satu pilihan bagi masyarakat dalam memperoleh informasi. Dunia maya ibarat pintu menuju dunia luas tanpa batas.

Kita bisa berhubungan langsung dengan sumber berita semisal melalui live di Instagram Story atau Facebook live tanpa harus mengeluarkan uang yang besar untuk membeli perangkat komunikasi. Atau kita mencari konten yang kita sukai. 

Hanya berbekal pulsa internet dan akun media sosial, kita sudah bisa terhubung dengan orang atau pihak yang kita ingini. Kita tak perlu lagi menunggu terbitnya koran pada esoknya atau live yang dilakukan oleh televisi.

Hanya saja ada yang terlewat jika kita berhubungan dengan pesan atau konten dan narasumber yang kita sukai itu, yaitu filter. Jika di media mainstream; surat kabar atau televisi ada mekanisme yang menyaring apakah sebuah konten layak untuk ditonton atau diterima oleh penonton. Konten itu bisa berupa kekerasan, kabar yang benar atau bohong atau hal-hal lainnya.

Filter-filter itu dilakukan oleh para mentor di media mainstream itu, mulai dari redaktur, produser sampai pemimpin redaksi. Mereka juga punya pedoman jurnalistik seperti obyektifitas, magnitude dll. 

Para jurnalis juga akan bekerja keras untuk memberikan atau membantu masyarkat merasionalisasi pesan yang akan mereka terima. Sehingga informasi atau konten yang dihasilkan oleh media mainstream itu bersifat netral dan layak untuk dikonsumsi oleh banyak orang tanpa melihat faksi-faksi yang ada dalam masyarakat. Pesannya juga masuk akal,  dan tidak mengandung fitnah karena jika itu yang ada di media mainstream maka akan berpengaruh pada nama baik media itu sendiri.

Tapi sekarang dimana media sosial akhirnya menjadi acuan alternative dari pencari informasi, maka peran media mainstream tidak bisa dominan lagi. Media sosial menjadi dominan untuk dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan nyaris 80 % orang Indonesia punya media sosial seperti facebook.

Secara mandiri mereka bisa memproduksi dan menditribusikan pesan atau konten, sekaligus mengendalikan informasi. Ini termasuk memanipulasi data dan menyebarkannnya sendiri. Bisa saja konten atau pesan yang diproduksi dan disebarkan itu jauh dari kebenaran dan akal sehat kita, tetapi seringkali konten yang 'begini' akan dikonsumsi oleh masyarakat. Tak saja kelas menengah dan bawah, tapi juga masyarakat yang educated juga memakan konten yang kadang bersifat 'sampah'.

Karena itu, mungkin perlu bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam menyebarkan konten yang mungkin bersifat fitnah atau tak masuk akal. JIka kita menerima konten semacam itu mungkin kita perlu mencari tahu soal kebenarannya. 

Penting bagi kita untuk menggunakan rasionalitas sebelum memproduksi dan menyebarkan konten. Dengan begitu kita bisa ikut mendidik dan mencerdaskan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun