Mungkin sebagian dari kita ingat kunjungan raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz ke beberapa negara termasuk Indonesia pada tahun 2017. Di Indonesia, raja Salman sangat dihormati oleh banyak negara karena keberadaan dan sejarah Islam di Arab termasuk kota suci bagi umat muslim seluruh dunia yaitu Mekah dan Madinah.
Setelah Maret ke Indonesia dan beberapa negara termasuk China,  pada bulan Oktober raja Salman juga mengunjungi Rusia selama beberapa hari untuk kunjungan kenegaraan. Dalam kunjungan itu Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al Jubeir  menyatakan bahwa pemerintah mereka telah memecat beberapa ribu imam masjid yang diketahui berpaham radikal. Mereka tak lagi dilibatkan dari kegiatan masjid karena diketahui menyebarkan ideology ekstrim / ekstrimisme
Arab diketahui bekerja sama dengan Rusia dalam bidang militer dan beberapa bidang lainnya. Teknologi militer telah menjadi focus utama dari kerjasama dua negara itu.
Selama beberapa dekade, Â Islam diketahui telah berkembang sedemikian rupa. Sebagian sama dengan Islam mula-mula dan sebagian lagi berbeda. Perbedaan itu juga tergantung pada penafsiran masing-masing negara, dan juga tergantung pada penafsiran dan penyesuaian dengan etnis setempat. Pergeseran dan perubahan tergantung pada beberapa hal tersebut. Hal itu tidak saja terjadi di beberapa negara di dunia tapi juga tempat asal Islam itu sendiri yaitu Arab Saudi.
Pemberhentian atau pemecatan beberapa ribu imam masjid di Arab Saudi kebanyakan berkisar pada pemikiran keislaman yang salah. Pemikiran dan penafsiran mereka seringkali mengarah pada ekstremisme (bentuk lain dari radikal / radikalisme). Mereka menurut pemerintah Arab, kerap menyebarkan ideologi kebencian dan melakukan berbagai kegiatan untuk mendanai  ideologi radikal untuk berkembang bahkan aksi terorisme di beberapa negara dunia.
Selain mengontrol para imam masjid ini melalui kegiatan dakwah yang dilakukan di berbagai masjid, pemerintah Arab Saudi juga memantau situs-situs dan berbagai forum komunikasi di internet yang beredar di kalangan kaum radikal Arab Saudi. Materi-materi pelatihan yang akan digunakan untuk pendidikan keagamaan untuk sekolah tingkat dasar dan lanjutan juga diseleksi dengan ketat. Hal ini adalah upaya maksimal dari pemerintah Arab untuk mencegah doktrin ideologi radikal kepada anak-anak muda. Segala upaya ini ( pemecatan dan pemantauan) telah dilakukan oleh raja sebelum raja Salman yaitu raja Abdulah.
Dari gambaran ini kita bisa menyimpulkan bahwa radikalisme telah menyebar dengan kekuatan dahsyat tanpa memandang geografis dan etnis. Jika pemerintah Arab Saudi sendiri yang secara historis dan masih menjadi panutan masyarakat muslim seluruh dunia, juga harus mengetatkan banyak lininya (pendidikan dan keamanan serta informasi), maka bisa dibayangkan bagaimana bangsa atau negara lain juga harus melakukan hal serupa.
Artinya kewaspadaan terhadap bahaya ideology radikal harus selalu terpantau tidak saja di jazirah Arab tapi juga di Asia, Eropa, Amerika, Australia, dan bahkan Afrika. Kita tahu bahwa berbagai bom bunuh diri atas nama keyakinan tidak saja meledak di kawasan keras seperti Afganistan dan  Filipina tapi juga terjadi di Paris, Selandia Baru, Inggris, Indonesia dan lain sebagainya.
Ini menginsyaratkan bahwa kita semuanya harus waspada terhadap perkembangan radikal karena dia sudah mengglobal dan mengintai kedamaian kita setiap waktu, termasuk Indonesia