Beberapa bulan ini kesukaanku adalah menonton series DC di Netflix yaitu "Arrow",seorang superhero yang superbaik dan superbijaksana di suatu kota bernama star city. Kenapa ini aku tonton, padahal ada banyak cerita superhero yang menyelamatkan bumi dari kejahatan dunia maupun alien?. Didalam alur cerita ini pria yang notabene adalah Arrow adalah seorang pria kaya yang dulu nakal kemudian baik bernama Oliver Queen. Banyak pesan tersirat dari series ini menurutku, kenapa? karena sekuat apapun orang baik berjuang melawan kejahatan, sekeras apapun si Arrow itu berjuang kejahatan tidak henti-hentinya hilang dari kota tersebut ditambah lagi dengan pemerintahnya yang super duper korup. Bahkan SCPD aka kepolisian di star city tersebut sudah disuap oleh para bandit dan mafia. Bayangkan sudah banyak korban yang berjatuhan karena hal ini bahkan keluarga kandung dari Arrow ini harus mati ditangan para penjahat tersebut.
Pemuda Indonesia bisa menjadi Superhero
Melihat perjuangan pemuda kita dalam menggagalkan UU Cipta kerja aka omnibus Law Cipta Kerja, mengingatkan ku dengan perjuangan keras Arrow dan Tim untuk memberantas kejahatan di Star City. Tapi nampaknya korban para pejuang muda lebih banyak dibanding mereka yang berlindung dibalik gedung kerja mewahnya. Mungkin akan ada korban nantinya, bisa dikatakan sia-sia karena para pemuda kita sendirian berjalan menerobos ketidak adilan. Kita tidak akan membahas lebih dalam masalah kritis ini, karena saya merasa tidak punya kapabilitas dalam berbicara mengenai ini. Yang akan kita bahas sekarang adalah bagaimana teman-teman pemuda bisa jadi superhero yang mampu menyelamatkan bangsa Indonesia dari masa kritis. Belajarlah dengan kemampuan terbaik, tuntutlah ilmu yang benar, kelak jadilah Petinggi yang adil, cerdas dan berpegang pada aturan Tuhan YME. Bukan tidak mungkin nanti tidak adalagi koruptor di Indonesia yang menelan uang rakyat toh. Jika kaum millenial kita sekarang tidak hanya punya mindset menjadi youtuber, tapi jadi manusia yang lebih berguna lah tapi bukan berarti jadi youtuber tidak baik juga. Namun jika semua pemuda ingin jadi youtuber, siapa yang nanti menyuarakan rakyat di pemerintahan? siapa yang membantu ekonomi rakyat?
Kaum Millenial Booster Pembangunan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi warga negara Indonesia pada 2019 diperkirakan mencapai 266,91 juta jiwa. Proporsi jumlah penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun) sebanyak 183,36 juta jiwa atau 68,7 persen total populasi. Adapun usia penduduk tidak produktif (usia di atas 65 tahun) sangat rendah, sekitar 6,51 persen populasi. Sementara itu, persentase generasi milenial (usia 20-35 tahun) mencapai 25 persen. Dengan kata lain, Jumlah kaum milenial aka pemuda kita lebih besar dan berpotensi besar pula mampu berdampak positif bagi pembangunan kita. Komposisi pemuda yang jauh lebih tinggi dari usia tua ini yang sering kita sebut bonus demografi. Kaum milenial bisa memberikan booster serta stimulasi bagi pembangunan negara dalam berbagai aspek. Bonus ini berkah dari Tuhan YME , yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara hingga 2036. Dalam waktu 17 tahun, apakah bisa mengejar ketertinggalan kita??Nothing imposible guys.Â
Belajar dan Kerja Keras
Tuntutlah ilmu setinggi langit, peribahasa itu rasanya selalu jasa terngiang-ngiang sedari kecil. Kebiasaan anak muda zaman now memang terbilang sangat berbeda jauh dengan kita dahulunya. Akses ilmu pengetahuan yang gampang dicari di internet, serta literatur ilmu pengetahuan yang begitu banyak senua tersedia di big data seperti Google. Beda dengan pelajar zaman jebot saya katakan, andalan kita yah buku, terus ada LKS aka Lembar Kerja Siswa, terus ada buku pintar dan ensiklopedi yang tebalnya bukan main, tapi menurut saya itu sudah luar biasa bagi kami siswa di zaman 90-an. Jangan bilang tidak ada internet, internet ada tapi leletnya luar biasa dan palingan juga bisa akses hanya di warnet. Jadi saya sangat meyakini pelajar zaman now, pengetahuannya sangat luar biasa. Namun semua kemudahan jangan melalaikan kita untuk bekerja keras, Belajar itu butuh kerja keras,why?? Karena kalau nyantai, namanya gak belajar, cuma browsing gak berguna tanpa faedah buat apa. Jadikan mental pemuda tahun '45 jadi pemicu untuk kita mampu bekerja keras menjadi sesuatu yang bisa kita gunakan nantinya untuk membantu bangsa dan negara. Pertanyaan ini terkadang terdengar klise? Kadang saya menganggap itu benar-benar hanya klise. Kontradiktif sekali Melihat keadaan pemuda zaman now yang lebih banyak menyerap hal negatif daripada hal positif, tapi Bismillah mari kita berikhtiar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H